Resensi Film Oleh: M Djufri Rachim
Identitas Film
Judul : Pesonamu
Sutradara : Ahmad Nizar (Ino)
Pemain : Sidin Lahoga, Ananda Nabila, Okasah Rofik Izzati, Sherly Raihan Sinta Putri, Mustofa Rohim, Nikson.
Durasi : 30 menit
Produksi : Teramedia
Sinopsis
Film “Pesonamu”, disutradarai oleh Ahmad Nizar alias Ino, adalah karya seni mengagumkan yang berhasil memadukan keindahan alam dengan cerita manusiawi yang menyentuh. Film ini berdurasi 30 menit dan mengisahkan kehidupan Pak Sidin (diperankan oleh Sidin Lahoga), seorang nelayan di Desa Namu, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara yang memiliki seorang anak perempuan yang memiliki disabilitas visual bernama Nabila. Cerita berkembang ketika sekelompok mahasiswa KKN dari UGM, termasuk Oka, tiba di desa tersebut. Nabila jatuh cinta pada Oka, namun Oka sendiri justru terpikat pada seorang teman KKN-nya. Film ini tidak hanya menghadirkan kisah romantis, tetapi juga mempromosikan wisata bahari Desa Namu, menampilkan keindahan alamnya sebagai latar cerita yang menarik.
Dalam film “Pesonamu”, keindahan wisata bahari Desa Namu tidak hanya dijadikan latar belakang cerita tetapi juga sebagai karakter penting yang berbicara. Pesisir Desa Namu yang memukau, lengkap dengan terumbu karang yang berwarna-warni, menjadi panggung visual yang mengesankan. Latar belakang pemandangan perumahan rakyat yang bersahaja, dibalut oleh pegunungan yang dihiasi pohon kelapa yang menjulang tinggi, memberikan nuansa autentik dan eksotis pada film ini.
Evaluasi Naratif
“Pesonamu” menggali kompleksitas hubungan interpersonal dalam konteks yang unik, di mana latar belakang budaya dan disabilitas Nabila memberikan kedalaman pada narasi. Konflik internal Oka dan dinamika antara karakter memberikan lapisan tambahan yang menarik untuk dilema cinta dan persahabatan. Penggunaan lokasi nyata di Desa Namu tidak hanya meningkatkan estetika visual film tetapi juga secara halus menggarisbawahi pesona tersembunyi dari destinasi wisata ini.
Karakter dan Performa
Sidin Lahoga memberikan penampilan yang kuat dan empatik sebagai Pak Sidin, yang karakternya dilukis dengan nuansa kedalaman ayah yang protektif namun pengertian. Sementara itu, karakter Nabila, meskipun dibatasi oleh disabilitas visualnya, ditampilkan dengan kekuatan dan keberanian, mencerminkan semangat yang tak tergoyahkan. Interaksi Nabila dengan Oka, yang diperankan dengan nuansa yang rumit oleh aktor muda, memperlihatkan konflik batin yang realistis dan relatable.
Visual dan Produksi
Sutradara Ahmad Nizar berhasil mengatasi tantangan produksi dengan sumber daya yang terbatas dan waktu yang singkat, dua hari saja, untuk menghasilkan film yang visualnya memukau. Meskipun kondisi cuaca dan alam yang kurang bersahabat, film ini berhasil menangkap esensi keindahan Desa Namu, memanfaatkan pemandangan alami sebagai backdrop yang efektif untuk narasi yang dijalin.
Visual film ini memanfaatkan keelokan Desa Namu secara maksimal. Sutradara Ahmad Nizar dengan mahir memadukan keindahan alami terumbu karang dan laut biru yang kristal dengan kehijauan pegunungan dan pohon kelapa yang menjadi ciri khas desa pantai. Ini semua diambil dengan teknik sinematografi yang memperlihatkan kontras antara kehidupan sehari-hari penduduk dengan keindahan alami yang menakjubkan yang mereka miliki di depan pintu mereka.
Implikasi Wisata
Film “Pesonamu” berfungsi ganda sebagai narasi humanis dan brosur wisata. Dengan memfokuskan pada keindahan alam desa dan kehidupan komunalnya, film ini mengundang penonton tidak hanya untuk merenungkan kisah yang disajikan tetapi juga untuk menjelajahi dan mengalami keindahan Desa Namu secara langsung.
Film ini mengajak penonton untuk menyelami lebih dalam keindahan yang tersembunyi di Desa Namu. Dengan menggambarkan interaksi penduduk lokal dengan alam, film ini tidak hanya meningkatkan apresiasi terhadap narasi yang dikembangkan, tetapi juga terhadap potensi wisata. Penggambaran terumbu karang yang sehat dan pantai yang bersih mengirim pesan penting tentang pelestarian lingkungan dan promosi ekowisata yang berkelanjutan. Penonton diajak untuk melihat Desa Namu tidak hanya sebagai setting film, tetapi sebagai destinasi wisata yang harus dikunjungi, dimana mereka dapat mengalami sendiri keindahan dan keramahan lokal yang ditawarkan.
Kesimpulan
Film “Pesonamu” berhasil menggabungkan kisah manusia yang penuh emosi dengan promosi wisata yang efektif. Deskripsi visual yang kaya dan penggunaan lokasi nyata di Desa Namu sebagai elemen cerita menambah kedalaman dan daya tarik film, menjadikannya tidak hanya karya seni yang menarik tetapi juga alat promosi yang kuat untuk wisata bahari Desa Namu. Ini adalah contoh cemerlang bagaimana sinema dan pariwisata bisa saling menguatkan dalam menceritakan dan mempromosikan kekayaan alam serta budaya lokal.
“Pesonamu” adalah film yang memikat yang menawarkan lebih dari sekedar kisah cinta; ia menyajikan sebuah pengalaman imersif yang mendalam ke dalam kehidupan Desa Namu, menggali keindahan alam dan kekayaan budaya, sambil mengangkat cerita personal yang universal dan resonan. Film ini merupakan contoh bagaimana sinema dapat menjadi alat yang efektif untuk mempromosikan pemahaman lintas budaya dan pariwisata lokal. ***