4 Jam Usai Swab Tenggorok, Pasien RS Konawe Meninggal

  • Bagikan
Ilustrasi
Ilustrasi

SULTRAKINI.COM: Empat jam setelah dilakukan swab tenggorokan, seorang pasien laki-laki (45) meninggal di Rumah Sakit Umum Daerah Konawe, Sulawesi Tenggara, Senin (11 Mei 2020) malam.

Ia dinyatakan meninggal dunia pada pukul 20.20 Wita atau empat jam sebelumnya, tepatnya pukul 16.00 Wita dilakukan uji swab tenggorokan oleh pihak rumah sakit.

Juru bicara Tim UGD Covid 19 RS Konawe, dr. Dyah Nilasari, Sp.Rad menjelaskan pasien masuk rumah sakit UGD Covid 19 Konawe pada Jumat (8 Mei 2020) pukul 19.20 Wita.

Keluhannya, demam, sesak, batuk, dan nyeri ulu hati. Namun saat dilakukan rapid tes terhadap bersangkutan, hasilnya menunjukkan non reaktif.

Pasien mempunyai riwayat perjalanan dari Negara Malaysia, sekitar dua bulan lalu.

Almarhum akan dikebumikan di tempat pemakaman keluarga pada Selasa (12 Mei 2020) sekitar jam 7 pagi oleh Tim Pemakaman Jenazah Covid 19 Satgas Polres Konawe.

Prosesi pemakaman dengan perlakuan jenazah PDP berdasarkan Protokol Kesehatan Jenazah Covid 19 tersebut berdasarkan kesepakatan dengan pihak keluarga pasien yang menerima kondisi tersebut setelah diedukasi oleh tim medis Covid 19.

Sebelum meninggal, pada Sabtu (9 Mei 2020) pasien ber-KTP Kabupaten Konawe tersebut telah dilakukan foto thorax. Hasilnya menunjukan pneumonia bilateral, efusi pleura sinistra.

Penelusuran SultraKini.com menyebutkan pneumonia merupakan penyakit infeksi akut, yakni peradangan jaringan paru-paru yang dapat mengakibatkan kantung udara di ujung pernapasan di paru-paru terisi oleh cairan. Biasanya disebabkan oleh bakteri.

Pneumonia berisiko pada orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh (imunitas) rendah, baik disebabkan oleh usia maupun penyakit. Bayi, orang tua, perokok, dan peminum berat dinilai memiliki risiko lebih tinggi untuk terinfeksi pneumonia.

Gejala pneumonia biasanya mirip dengan influenza sehingga penderita akan mengalami demam, berkeringat, menggigil, batuk, dan kehilangan nafsu makan. Termasuk gejala serius adalah bernapas cepat, merasa sakit di sisi dada, dan menjadi terasa lebih buruk ketika mengambil napas dalam-dalam.

Pada seseorang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, pneumonia yang tidak diobati dapat menyebabkan kadar oksigen turun sehingga jaringan tubuh akan berpengaruh.

DIlansir dari Kompas.com, pneumonia berbeda dengan covid-19 yang muncul akibat virus corona yang bernama SARS-CoV-2 yang belum pernah ditemukan sebelumnya.

Sebagai catatan, virus ini juga dapat menyebabkan pneumonia. Mereka yang terinfeksi dilaporkan menderita batuk, demam, dan kesulitan bernapas. Pada kasus serius bahkan bisa terjadi kegagalan organ. Banyak di antara pasien Covid-19 yang meninggal karena sudah memiliki kondisi kesehatan yang buruk.

Sementara itu efusi pleura merupakan kondisi di mana terjadinya penumpukan cairan di pleura, yaitu rongga yang terletak di antara paru-paru dan dinding dada.

Laporan: Shen Keanu

  • Bagikan