Kota Tua Semarang Gelar Biennale Jateng 2016

  • Bagikan
Kota Tua Semarang Gelar Biennale Jateng 2016

SULTRAKINI.COM: SEMARANG – Pameran seni rupa Biennale Jateng #1 skala nasional yang digelar di Kota Lama Semarang resmi dibuka dan akan berlangsung selama 15 hari, 1-15 November 2016. Pembukaan dilakukan oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yan di pusatkan di Contemporary Art Gallery kawasan Kota Lama Semarang, lalu dan mulai ramai dibicarakan public.

“Kami akan perbanyak event di Borobudur, Karimunjawa, Dieng, dan Sangiran. Di Kota Lama Semarang ini juga sedang kami dorong untuk lebih banyak kegiatan yang bisa mendatangkan wisatawan, baik nusantara maupun mancanegara,” kata Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah.

Soal Akses ke Semarang, lanjut dia, pihaknya juga sedang mempercepat pembangunan terminal dan tempat parkir pesawat di Bandara Ahmad Yani Semarang. Nanti aka nada 13 garbarata atau belalai gajah tempat penumpang keluar masuk dari pesawat ke terminal kedatangan maupun keberangkatan. Saat ini di bandara itu belum ada garbaratanya. “Jadi nanti pintu masuk bandara tidak lagi lewat yang sekarang, tapi lewat belakang. Menhub dan AP-1 sudah meninjau, harusnya selesai tuntas April 2018, tapi saya minta Desember 2017 sudah beroperasi,” kata Ganjar.

Runway-nya Bandara A Yani juga akan diperpanjang, dengan reklamasi pantai sedikit menjorok ke laut. Dengan begitu pesawat berbadan lebar bisa mendarat ke Semarang, dan akses ke Kota Lumpia itu bisa direct ke Singapore, Malaysia, Thailand dan banyak originasi pariwisata yang lainnya. “Akses adalah salah satu concern Kemenpar bersama Kemenhub saat ini, selain Amenitas dan Atraksi yang dikejar secara simultan,” jelas Menpar Arief Yahya.

Konsep 3A itulah, Akses, Amenitas, Atraksi, yang menjadi nyawa pengembangan sebuah destinasi Pariwisata. ”Perhelatan akbar seni rupa ini baru digelar pertama kali. Pagelaran diselenggarakan di kota lama Semarang. Ada 4 venue  yang digunakan yakni Semarang Contemporary Art Gallery, Monod Huis, Oudetrap dan Gedung Perusahaan Perdagangan Indonesia. Ini sangat baik dan positif untuk Pariwisata Borobudur dan Joglo Semar (Jogjakarta, Solo, Semarang, Red),” ujar anggota Pokja 10 Top Destinasi Joglosemar dengan ikon Borobudur Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Larasati Sedyaningsih.

Larasati menambahkan, pameran seni rupa ini sangat bagus dan bisa menjadi pendorong untuk meningkatkan gairah atau antusiasme akan seni di Jawa Tengah dan berdampak bagi destinasi Borobudur. “Dengan dikemas seperti pameran ini khususnya di Kota Lama ke depan bakal mampu menghidupkan suasana kawasan itu dan memiiki dampak untuk Pariwisata Indonesia,” ujar dia.

Sekadar informasi, sebanyak 82 seniman dari berbagai daerah di Jawa Tengah mengambil bagian dalam pergelaran pameran dengan tagline “Biennale Jateng #1”. Gubernur Jateng Ganjar Pranowo juga hasil karya lukisannya dipajang di pintu masuk Galeri Semarang, sekaligus menjadi ikon penyelenggaraan tersebut.

Beragam karya seni rupa dipajang di empat bangunan kuno yang ada di kawasan Kota Lama tersebut. Seperti lukisan berjudul “Pemuda 2016 dan Burung-Burung” karya Budi Kustarto yang menggambarkan serombongan pemuda tengah bertempur dalam bayang seorang perempuan, dan di atasnya terlihat burung-burung.

Tak hanya seni lukis, ada seni lukis yang memadukan media arang, kanvas, dan kaca berwarna seperti karya Pramuhendra berjudul “Nun” yang menampilkan karya seninya itu dalam empat bingkai sekaligus. Ada pula karya seni rupa yang menggunakan bahan aluminium cor karya Entang W, serta banyak karya seni rupa lainnya yang terpajang secara terpisah di empat gedung yang digunakan untuk pameran itu.

Ketua Panitia “Biennale Jateng #1” Gunawan Permadi menyebutkan setidaknya ada 82 seniman, ditambah berbagai komunitas yang diundang meramaikan pergelaran seni rupa yang memadukan berbagai karya itu. Gunawan berharap penyelenggaraan “Biennale Jateng #1” sukses untuk memantik para seniman di Jateng sehingga pada dua tahun ke depan diharapkan penyelenggaraan even serupa bisa lebih baik lagi.

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo lagi-lagi menyebutkan kawasan Kota Lama merupakan destinasi wisata yang “ciamik” sehingga sangat pas jika dipilih untuk penyelenggaraan “Biennale Jateng #1”.

Pembangunan fisik, kata dia, sekarang ini juga tengah digiatkan di Semarang, salah satunya untuk penanggulangan banjir dan rob, dengan bantuan dari berbagai pihak, khususnya pemerintah pusat. “Namun, membangun fisik saja tidak ‘asyik’. Harus ditiupkan roh. Roh itu yang membikin batin menjadi ‘adem’, yakni dengan seni. Salah satunya dengan ‘Biennale Jateng #1’ di Kota Lama ini yang pasti juga memantik Pariwisata di Indonesia secara sosial, kultural dan ekonomi,” ujarnya.

Ganjar yang menyempatkan berkeliling melihat sepintas karya seni yang disajikan dan sebanyak 87 karya dari seniman dan komunitas bertema Kronotopo ditampilkan pada pameran itu.Dia sangat mengapresiasi dan takjub terhadap hasil karya seni dari lukisan, seni objek, seni instalasi dan seni video.

“Pameran seperti ini diharapkan bisa akan terus berlanjut dan lebih meriah ke depanya agar semakin menghidupkan kawasan Kota Lama Semarang, serta bisa menarik lebih banyak pengunjung untuk menerikmati karya seni,” tuturnya.Kegiatan seni rupa  itu akan diwarnai dengan seminar, penampilan artis talk, workshop dan lomba.(*)   

(Kemenpar RI)

  • Bagikan