Tampil Beda, Kasidah Butur Kolaborasikan Budaya Daerah dan Laski

  • Bagikan
gerakan kasidah putra.foto:harto nuari /SULTRAKINI.COM

SULTRAKINI.COM : BAUBAU- Meskipun konsep Lembaga Seni Kasidah Indonesia (Laski) diakui sebagai konsep resmi dalam kompetisi kasidah di Indonesia, namun bukan berarti, daerah yang bertanding akan kehilangan corak dan khasnya. Hal ini ditampilkan oleh Kontingen kasidah dari kabupaten Buton Utara saat tampil di Kotamara, Bau-Bau.

 

Diajang lomba Kasidah tingkat remaja putra-putri tersebut, kontingen dari daerah yang dikenal memiliki hutan mangrove terluas di Sultra ini masih menonjolkan corak budaya khas melalui berbagai gerakan serta nada pukulan dari lagu yang dimankan.

 

Demikian diungkap pelati Kasidah Butur, Akbar Tanjung saat ditemui SULTRAKINI.COM, di Rusunawa, penginapan kontingen Butur, Selasa (22/3). Menurtunya, meskipun ikut konsep Laski, tapi corak lokal tetap ada.

 

\”Konsep kasidah kita tetap berlandaskan Laski. Tetapi kami pun tonjolkan budaya daerah didalamnya,\” kata Akbar.

 

Budaya daerah yang ditonjolkan untuk kasidah remaja putra adalah cara memukul gendang, serta disisipkan juga dengan gerakan manca (silat). Manca ini, kata Dia, biasa dilakukan ketika kegiatan ritual adat, seperti pesta kampung dan penyambutan tamu-tamu agung.

 

Sedangkan untuk gerakan kasidah putri, diduplikasi dari tari lense. Tari lense ini ditampilkan setiap menyambut bulan suci Ramadhan. Tari ini dipopulerkan pertama kali oleh Wa Ode Bilahi, ibu dari La Ode Ode, Raja pertama Kulisusu.

 

Untuk persiapan menuju lomba kasidah tingkat provinsi ini, putra-putri Butur digodok selama tiga bulan. Peserta yang berkompetisi merupakan juara dari seleksi MTQ tingkat kabupaten. Untuk tim remaja putri diwakili Kecamatan Kulisusu dan remaja putra Kecamatan Kulisusu Utara.

  • Bagikan