Budidaya Tanaman Nilam, Penyulingan dan Potensi Desa Tangkumaho Muna Barat

  • Bagikan
Budidaya tanaman Nilam. (Foto: Ist)
Budidaya tanaman Nilam. (Foto: Ist)

SULTRAKINI.COM: Budidaya tanaman nilam bagi masyarakat di Sulawesi Tenggara mungkin tidak asing lagi. Namun di tengah situasi pandemi Covid-19 justru menjadi andalan dan unggulan bagi masyarakat di Desa Tangkumaho, Kabupaten Muna Barat, menopang kebutuhan ekonomi masyarakat desa.

Tidak sedikit masyarakat di wilayah sempat berbondong-bondong mulai membudidayakan tanaman penghasil minyak Atsiri bernama latin Pogostemon Cablin itu sebagai sumber pendapatan baru dan menjadi unggulan.

Melihat potonsi ini, pemerintah desa mulai menghadirkan beberapa fasilitas penunjang bagi masyarakat, salah satunya mesin penyulingan nilam.

Kepala Seksi (KASI) Pemerintahan, Desa Tangkumaho, Sahirbin, menjelaskan bahwa mulai tahun 2019 sudah ada beberapa masyarakat yang mulai membudidayakan tanaman ini tapi jumlahnya satu dua orang. Nanti pada pertengahan 2020 masyarakat sudah banyak yang membudidayakan.

Sehingga pada tahun 2020 dalam Musyawarah Rencana Pembangunan Desa (Musrembang), melalui kepala desa dan unsur pemerintahan yang lain bersama kelompok masyarakat mengusulkan untuk diadakan mesin penyulingan minyak Nilam yang kemudian disepakati untuk di anggarkan melalui Dana Desa tahun 2021.

Pasalnya, selama ini hasil budidaya Nilam masyarakat selalu dibawah keluar desa untuk di suling mendapatkan minyak Atsiri. Hal ini dinilai  berdampak pada keuntungan dan nilai jual Nilam dari desa.

“Jadi sejak 2019 sudah ada beberapa petani yang membudidayakan Nilam dan tiba masa panen Nilam selalunya di bawa untuk disuling di daerah Tiworo Tengah dan sebagian di Lakode (Salah satu daerah di Kabupaten Muna), makanya kita bersama masyarakat mengambil inisiatif untuk mengusulkan untuk diadakan penyulinga ini. Alhamdulillah teman-teman perangkat desa berserta pihak-pihak terkait juga ikut mendukung program ini,” katanya, Sabtu (20 Februari 2022).

Awalnya, lanjut dia, masyarakat desa ini hanya membudidayakan tamanan campuran atau sistem tumpang sari sebagai aktivitas kebutuhan rumah tangga dan mata pencaharian, tapi belakangan melihat progres pada komoditi ini cukup menjanjikan mereka akhirnya mulai menggeluti budidaya tanaman Nilam.

“Di Muna Barat sendiri, Desa Tangkumaho, Kecamatan Napano Kusambi, merupakan salah satu dari sekian desa yang mayoritas masyarakatnya membudidayakan tanaman semak tropis penghasil minyak Atsiri ini sebagai mata pencaharian utama,” terangnya.

Penyulingan minyak Nilam di desa ini mulai beroperasi sejak 13 Januari 2022, dan per 11 Februari 2022 sudah mencapai produksi sekitar 294 kilogram minyak Nilam hasil budidaya para petani setempat. Penyulingan ini satu-satunya di wilayah kecamatan.

Sahirbin menjelaskan, kurang lebih 30 hari sejak beroperasi total produksi sudah mencapai 294 kilogram kalau misalnya dikalikan dengan harga minyak Nilam dipasaran yang mencapai 430.000 rupiah per kilogram maka capaiannya sudah Rp126.420.000.

“Saya kira ini angka yang cukup besar yang bisa menghasilkan dampak perputaran ekonomi yang bagus di masyarakat apalagi disaat-saat pendemi seperti sekarang ini,” bebernya.

Selain mengadakan penyulingan Nilam pemerintah desa juga mensubsidi bibit Nilam, alat pemotong, pupuk, dan lain-lain kepada petani. Sehingga dapat mendorong masyarakat mengunakan lahan-lahan tidur atau lahan yang hanya ditanami tanaman musiman menjadi lahan-lahan yang produktif dengan komoditas Nilam sebab hal tersebut dapat menambah sumber pendapatan yang lebih layak kepada masyarakat desa.

Sampai saat ini, tercatat setidaknya ada 20 lebih kepala rumah tangga desa ini yang membudidayakan.

Laporan: Hasrul Tamrin

  • Bagikan