Harga Ikan di Kendari Tambah Mahal

  • Bagikan
Aktivitas di TPI Kota Kendari. (Foto: Wa Rifin/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Tingginya curah hujan disertai gelombang tinggi, membuat hasil tangkapan nelayan berkurang dan memicu mahalnya harga ikan di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.

Pantauan Sultrakini.com di Tempat Pelelangan Ikan Higienis dan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Sodohoa Kota Kendari, jumlah ikan yang dijual tidak banyak. Harganya pun melambung.

Banyak nelayan tidak melaut lantaran kapal kecil mereka tidak mampu melawan tingginya ombak akhir-akhir ini. Stok ikan di pasaran pun berkurang dan harganya menjadi mahal sejak Juni 2021 dan melonjak pada awal Agustus.

Seorang pengunjung TPI, Tia mengeluhkan hal itu. Meski kenaikkan harga ikan juga terjadi di pelelangan, dirinya tetap memilih berbelanja di tempat itu, sebab harga ikan semakin mahal jika harus berbelanja di pasar.

“Di pasar lain itu harganya ikan lajang perkilo Rp 45 ribu dan di sini Rp35 ribu perkilo, jadi lebih murah,” ujarnya, Minggu (29/8/2021).

Seorang pedagang ikan di TPI Kota Kendari, Sambira, mengaku semua jenis ikan jumlahnya menipis. Pedagang juga mendapatkan stok ikan yang sedikit.

Untuk harga ikan, dirinya tidak menampik bahwa memang mahal dari biasanya. Kenaikkan harga antara Rp 10 ribu-20 ribu perkilogram sesuai tingkat kesegaran ikan dari para nelayan.

Rata-rata pedagang, kata dia, membeli ikan lajang pada nelayan seharga Rp 30 ribu-32 ribu perkilogram, begitu juga dengan ikan cakalang/tongkol.

“Stok ikan sangat kurang, seperti harga ikan lajang saat ini perkilo Rp 35 ribu sebelumnya Rp 25 ribu perkilo. Sebelum ombak kencang di laut, nelayan punya banyak stok ikan dan harga pengambilan kami juga murah sehingga dijual ke konsumen ikut murah,” jelas Sambira.

Jenis ikan lain mengalami kenaikkan harga, yaitu ikan rumah-rumah Rp 70 ribu perkilogram, ikan merah besar Rp 75 ribu dan ukuran kecil Rp 50 ribu perkilogram, ikan bolu Rp 35 ribu perkilogram, cumi-cumi Rp 50 ribu perkilogram, dan udang Rp 65 ribu perkilogram.

“Harga ikan memang naik semua, harga ikan turun itu kalau sudah tidak terlalu segar karena minat pembelinya juga kurang,” tambah pedagang lainnya, Andri.

Dalam data Kantor Perwakilan BI Provinsi Sultra, produksi ikan turun dari tahun ke tahun. Rata-rata jumlah tangkapan ikan turun dari angka 5,02 ton perkapal lalu turun 4,76 ton perkapal pada awal 2020. Bahkan di musim normal berikutnya pada 2021 masih terus turun hingga 3,82 ton perkapal dan penurunannya sampai pada 3,45 ton perkapal.

Produtivitas rendah itu salah satunya dipengaruhi oleh kapasitas kapal. Sejumlah nelayan di Provinsi Sultra memiliki kapal dengan muatan kecil sementara potensi ikan di perairan lebih besar. Akibatnya nelayan tidak mampu bersaing dengan nelayan lainnya yang beroperasi di perairan Sultra.

“Diperairan kita didominasi oleh nelayan-nelayan dari provinsi sekitar yang memiliki kapal dengan tonase sangat besar di atas 30 ton, sehingga sebagian besar kekayaan ikan di Sultra justru dinikmati oleh provinsi lain dan yang dipasok di Sultra itu jumlahnya relatif terbatas,” terang Kepala KPwBI Sultra, Bimo Epyanto.

Laporan: Wa Rifin
Editor: Sarini Ido

  • Bagikan