Bendungan Ameroro Dianggarkan Rp 1,5 Triliun, Ambruk Sedikit

  • Bagikan
Tampak sisi kiri bendungan yang ambruk karena longsor, Selasa (12 September 2023). Foto: IST.
Tampak sisi kiri bendungan yang ambruk karena longsor, Selasa (12 September 2023). Foto: IST.

SULTRAKINI.COM: Bendungan Ameroro dikabarkan ambruk sehingga membuat reaksi banyak pihak. Betapa tidak projek ini menelan anggaran Rp 1,5 Triliun. Apa reaksi DPR RI dan tanggapan pihak kontraktor? Berikut nilai strategis bendungan tersebut. Dirangkum oleh jurnalis SultraKini.com.

DINDING sisi luar sebelah kiri Bendungan Ameroro di Desa Tamesandi, Kecamatan Uepai, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara ambruk, Selasa (12 September 2023).

Bendungan ini merupakan proyek strategis nasional (PSN) sesuai Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 109 Tahun 2020 bertujuan untuk menambah jumlah tampungan air di Sulawesi Tenggara dalam rangka mendukung program ketahanan pangan dan ketersediaan air.

Bendungan Ameroro menggunakan dana APBN sebesar Rp 1,5 triliun mulai dikerjakan pada 2020 dengan target selesai 2023.

Bendungan Ameroro memiliki kapasitas tampung 54,53 juta meter kubik dengan luas genangan 244 hektare sehingga disiapkan untuk mengurangi risiko banjir dan menambah suplai air irigasi di Konawe dan sekitarnnya.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono dalam keterangan tertulis di Jakarta menjelaskan  pembangunannya Bendungan Ameroro dilaksanakan dalam dua paket pekerjaan.

Paket I oleh kontraktor PT Wijaya Karya-PT Sumber Cahaya Agung-PT Basuki Rahmanta Putra (KSO) dan Paket II PT Hutama Karya- PT Adhi Karya (KSO).

Kepala Balai Wilayah Sungai Sulawesi IV Kendari Kementerian PUPR Agus Safari menjelaskan, total anggaran sebesar Rp1,428 triliun, meliputi paket pertama senilai Rp 910,136 miliar dan paket dua mencapai Rp 518 miliar.

Wakil Ketua Komisi V DPR RI, Ridwan, meminta perhatian kepala balai sumber daya air setempat untuk segera mengambil langkah seperti memeriksa secara menyeluruh atas pembangunan bendungan tersebut.

Dengan demikian maka pembangunannya harus benar-benar disempurnakan.

Humas Balai Wilayah Sungai Sulawesi IV, Rahmat Sanusi menjelaskan pembangunan Bendungan Ameroro saat ini sudah mencapai 80 persen.

Geologi Enginer KSO PT Hutama Karya (HK), Waldo Putra Agung kepada media menjelaskan longsor terjadi pada area yang  digali untuk konstruksi dinding saluran peluncur spillway.

Dijelaskan bahwa kondisi tebing kiri spillway secara geologi agak kurang menguntungkan. “Kemiringan foliasi kurang lebih 30 derajat, lebih landai dari galian yang menyebabkan terdapat potensi longsoran,” jelasya.

Pasca longsor pihaknya telah melakukan pembersihkan untuk melanjutkan pekerjaan pada step berikutnya.

Penyelesaian Bendungan Ameroro diproyeksikan dapat memenuhi kebutuhan air baku sebesar 511 liter/detik.

Manfaat lainnya adalah dengan cara mengelola aliran air Sungai Lasolo Konaweha yang selanjutnya ditampung bendungan untuk digunakan sebagai layanan daerah irigasi seluas 3,363 hektare dan mereduksi banjir di wilayah hilir sebesar 443,3 m3/detik.

Selain itu juga berpotensi sebagai sumber Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) sebesar 1,3 Megawatt dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebesar 8,2 Megawatt serta destinasi wisata baru di Kabupaten Konawe.

Selain Bendungan Ameroro ada dua bendungan lain yang dinilai strategis di wilayah Sulawesi Tenggara, yakni Bendungan Ladongi memiliki kapasitas tampung 45,9 juta meter kubik dan luas genangan sebesar 222 hektare, dimanfaatkan untuk mengurangi risiko banjir sebesar 176,62 meter kubik/detik dan mengairi area irigasi seluas seluas 3.604 hektare.

Selain itu ada Bendungan Pelosika yang nantinya akan membendung Sungai Konawe dan kini masih dalam tahan persiapan (review design). ***

  • Bagikan