Jalan-jalan ke Stan Mubar, Ketemu Penunggang Sepeda Jadi-jadian

  • Bagikan
Potret penunggang sepeda dan sepedanya terbuat dari sayuran dan batang bambu/ayaman bambu di stan Kabupaten Muna Barat, Rabu (24/4/2018). (Foto: Sarini Ido/SULTRAKINI.COM)
Potret penunggang sepeda dan sepedanya terbuat dari sayuran dan batang bambu/ayaman bambu di stan Kabupaten Muna Barat, Rabu (24/4/2018). (Foto: Sarini Ido/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Pesona Halo Sulawesi Tenggara XI memang mengundang rasa penasaran masyarakat merasakan sensasi berwisata skala Sultra dalam waktu singkat. Rangkaian hari ulang tahun Sultra ke-54 ini, cukup menambah wawasan seputar potensi di 17 kabupaten/kota di ‘Bumi Anoa’ tersebut.

Tepatnya kawasan Eks MTQ Kendari, lokasi stan induk dibuat dua tempat saling berhadapan. Setiap tempat, cukup besar menampung lebih dari sepuluh kabupaten/kota dengan segala daya tarik objek yang dipamerkan. Sedangkan satunya lagi, menampung SKPD provinsi yang berkantor di Kota Kendari.

Pengunjung tidak akan kesasar dengan letak stan, sebab terpajang papan denah stan di depan pintu masuk.

Cuaca malam ini cukup bersahabat. Wajar saja pengunjung terus berdatangan bersama teman, sahabat, dan keluarga. Saking padatnya, langkah kaki terasa berat saat berada di dalam stan induk kabupaten/kota. Bahkan harus saling berdesak-desakan untuk sekadar berhenti sejenak menyaksikan setiap stan.

Salah satu stan terpadat dari Kabupaten Muna Barat (Mubar). Terdapat satu objek yang mengundang perhatian pengunjung, yakni potret petani sedang
menunggang sepeda dan sosok wanita berdiri di sampingnya. Tapi jangan kira itu manusia. Si penunggang beserta sepedanya asli sayuran yang dirangkai hingga membentuk wujud seperti itu.

Kepalanya adalah buah kelapa, lengannya ubi kayu kering (kabuto), badannya setandang pisang. Rangka sepedanya pun perpaduan sayuran atau hasil pertanian seperti mentimun, tomat, kacang panjang, jagung, dan lainnya dengan batang bambu/ayaman bambu. Misalnya ban sepeda dibentuk dari ayaman bambu dan buah kakao.

Salah satu penjaga stan bernama Edi menjelaskan, objek tersebut menggambarkan sebagian besar warga setempat masih mengandalkan sepeda sebagai alat transportasi. Sedangkan hasil perkebunan dan hortikultur merupakan potensi pertanian warga setempat. Bahkan pasarannya sampai ke kabupaten lain, selain dikonsumsi sendiri. Lokasi pasar mereka, misalnya Kabupaten Buton dan Kabupaten Buton Tengah.

Nampak perpaduan sayuran dan bambu membentuk sepeda di stan Kabupaten Muna Barat, Rabu (24/4/2018). (Foto: Sarini Ido/SULTRAKINI.COM)
Nampak perpaduan sayuran dan bambu membentuk sepeda di stan Kabupaten Muna Barat, Rabu (24/4/2018). (Foto: Sarini Ido/SULTRAKINI.COM)

“Hasil perkebunan itu sayuran, kalau hortikultur seperti kacang-kacangan, bawang, cabai. Dihasilkan itu dalam bentuk kuintal, 15-27 kuintal per hektar,” jelasnya sekaligus Staf di Dinas Perkebunan dan Hortikultura Mubar, Rabu (25/4/2018).

Komoditi terbanyak, kata dia, dihasilkan dari Kecamatan Tiworo raya. “Hasil pertanian terbanyak di Tiworo raya, seperti padi sawah, jagung, perkebunannya kakao sama kelapa,” terang Edi.

Giat penyuluhan terus dilakukan pihaknya agar petani tak kekurangan pengetahuan. Meski bantuan masih diusulkan untuk pengadaan bibit jagung, padi, kedelai, dan lainnya. Upaya itu dianggapnya berhasil mempengaruhi pengetahuan petani dalam mengelolah tanaman.

“Masyarakat kurang bibit. Tahun lalu belum ada bantuan. Bidang hortikultur belum ada bantuan. Tahun ini kita masih usulkan. Peningkatan 45 persen (evaluasi
penyuluhan),” lanjutnya.

Selain memamerkan potensi pertanian, perwakilan Mubar juga mempertontonkan proses pembuatan kain tenun secara manual, kain tenun dan potensi lainnya.

Pesona Halo Sultra XI berlangsung mulai 23-27 April 2018.

  • Bagikan