Di Balik Harga Baru Pertamax, Siap-siap Si Melon 3 Kg

  • Bagikan
Petugas mengisi BBM jenis Pertamax ke kendaraan konsumen di SPBU Abdul Muis, Jakarta. (Antara Foto/Rivan Awal Lingga)

SULTRAKINI.COM: Kenaikkan harga Pertamax masih di bawah dari angka keekonomiannya. Secara bertahap, Pertalite dan BBM lain akan dinaikkan. Harga gas LPG 3 kilogram pun akan disesuaikan.

Seluruh stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) jaringan Pertamina memasang harga baru per 1 April 2022, yakni BBM nonsubsidi RON 92 Pertamax menjadi Rp12.500–Rp 13.000 per liter dari semula antara Rp 9.000–Rp 9.400 per liter. Pada wilayah pemasaran Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara harga barunya Rp 12.500. Di wilayah lainnya bervariasi antara Rp 12.750 hingga Rp 13.000.

Sejauh ini dari empat atau lima jenis BBM yang dijajakan di SPBU Pertamina, hanya harga Pertamax yang naik. Harga Pertalite, Pertamax Turbo, Dexlite, Pertamina Dex, dan solar masih sama.

Kenaikkan harga yang dikenakan juga dijaga tetap lebih rendah dibandingkan BBM dengan RON 92 lainnya dari operator SPBU swasta, seperti Shell, BP-AKR atau Vivo.

‘’Pertamina selalu mempertimbangkan daya beli masyarakat. Harga Pertamax tetap lebih kompetitif di pasar dibandingkan harga BBM sejenis dari operator SPBU lain,’’ ujar Pjs Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga SH C&T Pertamina, Irto Ginting dilansir dari indonesia.go.id pada Rabu (6 April 2022).

Kenaikkan harga Pertamax ini merupakan yang pertama sejak tiga tahun lalu. Kebijakan itu mempertimbangkan harga minyak dunia melambung sampai USD111 per barel. Peningkatan harga acuan itu mendorong harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP) per 24 Maret 2022 melesat ke level USD114,55 per barel, naik 56 persen dari periode Desember 2021 yang sebesar USD73,36 per barel.

Pertamina, menurut Irto Ginting, harus menjaga komitmen dalam penyediaan dan penyaluran BBM kepada seluruh masyarakat. Untuk itu demi menekan beban keuangannya, Pertamina harus melakukan penyesuaian harga BBM nonsubsidi, selain melakukan efisiensi ketat di seluruh lini operasi. Langkah penyesuaiannya pun dilakukan secara selektif.

Kenaikkan harga sejauh ini hanya berlaku untuk Pertamax, yang porsi konsumsinya 14 persen. Selain Pertamax, pada kategori nonsubsidi ada pula jenis BBM lain dengan RON tinggi, yakni Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex. Harga BBM bersubsidi seperti Pertalite dan Solar yang porsinya 83 persen tidak berubah.

“Pertalite harganya stabil Rp7.650 per liter,” sambungnya.

Irto Ginting mengakui, meski harganya dinaikkan, harga jual Pertamax masih Rp 3.500 dari nilai keekonomiannya.

Sebelumnya Kementerian ESDM menyatakan, harga keekonomian BBM umum RON 92 per April 2022 menyentuh Rp16 ribu per liter. Tetapi atas pertimbangan keterjangkauan, harganya ditetapkan antara Rp 12.500–Rp 13.000 per liter.

Kenaikkan Harga Susulan

Tidak tertutup kemungkinan BBM jenis lainnya, termasuk gas LPG bisa terseret naik apabila harga minyak dan gas dunia terus bergolak.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengaku adanya sinyal kenaikkan harga BBM jenis Pertalite hingga gas elpiji 3 kilogram tersebut. Pemerintah akan melakukan perhitungan cermat dan melakukan sosialisasi terkait rencana itu.

“Overall (secara keseluruhan) akan terjadi (kenaikan). Jadi bertahap 1 April, nanti bulan Juli, September itu akan dilakukan pemerintah,’’ ucapnya Menko Luhut ketika meninjau depo light rail transit (LRT) Jabodebek di Jatimulya, Bekasi Timur, Jumat (1 April 2022).

Naiknya harga BBM bukan hanya di Indonesia. Tren kenaikkan harga minyak dunia terjadi sejak akhir 2021 akibat meletusnya perang Russia-Ukraina per 24 Februari 2022. Memasuki April 2022, perang masih berkecamuk. Pasokan minyak bumi dari Rusia, negara yang memasok 30 persen pasar ekspor dunia-pun terganggu.

Karga minyak dunia yang naik itu jauh melampaui asumsi APBN 2022 yang mematok angka USD63 per barel. Harga minyak yang tinggi, angka subsidi tentu akan melonjak dan mengakibatkan APBN tertekan serta berakibat buruk bagi PT Pertamina.

“Kalau ditahan terus, jebol nanti Pertamina. Jadi terpaksa kita harus lepas,” ujarnya.

Menurut Menko Luhut, harga BBM dan LPG harus menyesuaikan diri dengan harga di pasar global. Namun penyesuaian itu akan dilakukan bertahap dan jatah subsidi untuk rakyat kecil juga dipastikan tidak akan dihilangkan. Hanya porsinya diatur kembali.

“Semua akan naik, nggak ada yang nggak akan naik. Tapi akan bertahap dan besaran disubsidi akan diatur,’’ tambahnya.

Gas elpiji dalam “tabung melon” 3 kilogram harganya akan naik, meski tiak berarti akan melonjak tinggi. “Dari 2007 tidak pernah naik harganya, itu kan tidak fair juga. Toh, kenaikkan harga itu akan dihitung cermat agar tidak menimbulkan guncangan ekonomi,” kata Menko Luhut.

Editor: Sarini Ido

  • Bagikan