Informasi Menyesatkan: Koin Lengket di Bekas Suntik Vaksin

  • Bagikan
Cuplikan konten salah satu video yang beredar di masyarakat memperlihatka koin seribu rupiah nempel di bekas suntikan vaksin. (Foto: Repro Video)
Cuplikan konten salah satu video yang beredar di masyarakat memperlihatka koin seribu rupiah nempel di bekas suntikan vaksin. (Foto: Repro Video)

Melalui platform media sosial, beredar sejumlah video dengan konten menyesatkan, yakni seolah-olah vaksin Covid-19 mengandung microchip bermagnet yang bisa menempel logam seperti koin seribu rupiah. Sesungguhnya ini informasi palsu yang menyesatkan.

SULTRAKINI.COM: Sejumlah video dengan konten tentang koin Rp 1.000 lengket di lengan orang yang telah disuntik vaksin Covid-19 hanyalah lelucon semata. Tidak ada bukti ilmiah yang mendukung bahwa bahan vaksin Covid-19 mengandung microchip bermagnet.

Video dengan narasi yang sengaja menyesatkan masyarakat agar takut disuntik vaksin beredar luas di sejumlah platform media sosial, seperti WhatsApp, Tik-Tok, Instagram, dan Twitter.

Satgas Tugas Penanganan Covid-19 melalui situs resminya telah membantah hal itu.

“Tubuh yang sudah divaksin tidak mungkin dapat terkoneksi ke bluetooth dan sebagaimana yang sudah dibantah oleh para ahli kesehatan, bahwa vaksin COVID-19 tidak mengandung microchip, magnet, atau apapun sejenisnya.”

Dijelaskan, telah beredar postingan di Facebook oleh akun bernama Rachy Rach yang membagikan postingan video dengan disertai narasi yang menyatakan bahwa, nenek dan ayahnya memiliki daya magnet setelah disuntik vaksin COVID-19, AstraZeneca dan Pfizer.

Tidak hanya itu, ia juga mengklaim ayah dan ibunya bisa tersambung ke bluetooth setelah disuntik vaksin.

Rachy menyertakan video untuk membuktikan klaimnya tersebut. Dalam videonya memperlihatkan sebuah benda logam yang berhasil menempel pada lengan bekas suntikan vaksin, ia juga menyertakan foto yang menunjukkan kode bluetooth yang ia percaya adalah kode dari orang tuanya.

Postingan Rachy beredar di tengah kegiatan vaksinasi yang telah dilakukan banyak negara untuk menghentikan pandemi Covid-19.

Berdasarkan postingannya, ia berusaha menyebarkan konspirasi soal vaksin Covid-19 yang mengandung materi berbahaya seperti magnet.

Secara tidak langsung, ia mendesak masyarakat untuk tidak melakukan vaksinasi.

Narasi yang mirip sudah banyak beredar sebelumnya, dengan taktik yang berbeda. Contohnya, dikatakan vaksin Covid-19 mengandung microchip magnetic.

Efek vaksinasi yang membuat badan memiliki daya magnetis telah dibantah oleh para ahli.

Dr. Thomas Hope, peneliti vaksin dan profesor biologi sel dan perkembangan di Fakultas Kedokteran Universitas Northwestern, menjelaskan bahwa vaksin Covid-19 pada dasarnya terdiri dari protein dan lipid, garam, air, dan bahan kimia yang menjaga PH.

Sehingga tidak ada bahan apapun yang dapat berinteraksi dengan magnet. Selain itu, otoritas kesehatan di AS dan Kanada menegaskan bahwa tidak ada jenis vaksin Covid-19 yang memiliki bahan berbasis logam.

Adapun sebab logam menempel pada lengan bekas suntikan vaksinasi, sebagaimana yang ditunjukkan pada video Rachy, dimungkinkan karena kelembapan permukaan kulit, sehingga benda tersebut mampu menempel.

Sedangkan klaim tubuh dapat tersambung ke bluetooth, juga tidak mungkin. Vaksin terdiri dari sejumlah bahan kimia yang tidak bisa mentransmisikan gelombang radio dari jarak pendek.

Adapun kode-kode yang ditunjukkan pada foto adalah alamat MAC (Media Access Control). Kode 12 karakter yang terpampang merupakan hasil identifikasi dari perangkat keras yang sudah terkoneksi satu sama lain. Semua perangkat elektronik seperti ponsel, laptop, konsol game, bahkan mesin cuci ber-WiFi, memiliki pola kode seperti itu.

Melansir dari Fullfact.org, saat pihaknya melakukan penelusuran untuk mengetahui AC dan EC berasal, ditemukan bahwa kode “EC”, yang diklaim sebagai vaksin ibunya, sebenarnya adalah produk dari perusahaan Logitech, yang membuat aksesori nirkabel, dan kode “AC” adalah produk yang dibuat oleh perusahaan bernama Chongqing Fegui Electronics, yakni produsen sejumlah perangkat elektronik, seperti pemutar video, laptop, dan printer.

Kode bluetooth yang tersambung pada perangkat elektronik Rachy Rach dimungkinkan berasal dari perangkat elektronik lainnya, entah itu laptop, komputer, atau smartphone yang ada di dekatnya.

Berdasarkan hasil penelusuran, dapat disimpulkan bahwa klaim Rachy Rach adalah hoaks dengan kategori konten yang menyesatkan.

Ada pun koin yang nempel seperti pada beberapa video yang beredar kemungkinan besar disebabkan oleh keringat manusia. Peneliti kulit tokek Elmar Kroner dari Jerman mengatakan bahwa kulit yang banyak berkeringat cenderung lengket. Keringat membuat kulit kurang elastis, dan elastisitas mempengaruhi kelengketan.

“Keringat punya fungsi krusial. Makin basah kulit, kandungan mekanisnya berubah. Kulit jadi makin lunak, dan ini mengurangi energi yang disimpan secara elastis, dan lagi-lagi membuatnya makin lengket,” kata Kroner  seperti dilansir Livescience.

Sementara menurut detikhealth, sebenarnya tidak perlu trik apapun untuk menempel koin pada tubuh manusia. Semasa kecil, banyak orang bermain-main dengan menempelkan koin uang logam ke jidat, dan akan menempel ketika kulitnya berkeringat. Kalaupun keringat kurang lengket, seseorang bisa saja memanfaatkan bekas tempelan selotip untuk membuatnya lebih rekat.

Emily, salah seorang pembuat video ‘bekas vaksin bermagnet’ dalam sebuah tayangan BBC mengaku membuat video ‘magnetic challenge’ sebagai lelucon semata. Ia terlebih dahulu menjilat magnet sebelum menempelkannya ke lengan bekas suntikan vaksin. Ia tak menyangka videonya diunggah ke forum-forum antivaksin, lalu dipakai untuk menakut-nakuti.

Editor: M Djufri Rachim

  • Bagikan