SULTRAKINI.COM: KENDARI – Kualitas debat kedua Pilwali Kendari lebih buruk dibandingkan debat pertama yang digelar 28 Desember 2016. Hal ini dikatakan Pengamat Politik Sulawesi Tenggara, Muhammad Najib Husain, Selasa (31/1/2017) malam kepada SULTRAKINI.COM usai debat melalui telepon selulernya.
Menurutnya, di debat kedua ini ketiga pasangan calon tampak kaku dan tidak dinamis dalam memaparkan programnya masing-masing. “Ini karena settingan di segmen pertama yang memisahkan ketiga tema dalam pemaparan program ketiga pasangan calon. Mestinya digabung dalam tema besar dalam pemaparan program-programnya. Akibatnya debat kali ini masih jauh dari yang diharapkan,” jelas Dosen Pascasarjana UHO ini.
Dari sisi tampilan ketiganya belum menampilkan performa yang baik. Padahal, kata Najib tampilan yang baik di debat terakhir ini setidaknya dapat menarik pemilih yang belum menentukan pilihannya. “Tampilan mereka masih jauh dari yang diharapkan. Masih tergantung dengan teks dan menghafal. Padahal sebenarnya ini bisa jadi momentum mereka mendapatkan simpati dari pemilih yang masih mengambang,” terangnya.
Doktor jebolan Universitas Gadjah Mada ini juga menyoroti tidak adanya pertanyaan yang sama untuk ketiga pasangan calon. Padahal menurutnya, dengan adanya pertanyaan yang sama dapat dinilai kemampuan ketiga pasangan calon dalam melihat permasalahan. “Dengan satu pertanyaan yang sama akan bisa diukur bagaimana kemampuan paslon dalam menjawab pertanyaan dengan sudut pandang berbeda,” katanya.
Dengan tampilan yang bisa dikatakan gagal memikat, ia menyarankan agar para pasangan calon lebih intens turun ke masyarakat memaparkan berbagai programnya. “Di waktu yang tersisa ketiganya harus lebih giat turun meyakinkan masyarakat dengan program-programnya,” tandasnya.
Laporan: Didul Interisti