SULTRAKINI.COM: WAKATOBI – Bupati Wakatobi, Arhawi meresmikan pengoperasian listrik di sumber mata air Matahora (Te’e Hu’u) di Desa Matahora, Kecamatan Wangi-wangi, Minggu (13/9/2020).
Menurut Arhawi, sejak dirinya masih menjadi pimpinan DPRD Wakatobi ia terus memperjuangkan agar masyarakat bisa menikmati air bersih, namun hal itu belum maksimal. Di tahun ketiga kepemimpinannya menjadi bupati, ia menyampaikan kepaa direktur PDAM untuk menetapkan rencana pengembangan perusahaan dengan matang.
“Alhamdulillah dari hasil evaluasi kami dari tahun ke tahun, PDAM mulai berbenah,” ucapnya.
Ia juga mengapresiasi kinerja PLN Ranting Wangi-wangi dan PDAM Wakatobi atas kerja samanya sehingga listrik dari PLN bisa masukan ke tempat sumber air ini, padahal tempat tersebut berada di tengah hutan. PDAM Wakatobi bisa mencapai break even point atau pengeluaran dan pendapatan berimbang apabila memiliki 11 sampai 12 ribu pelanggan.
“Di tahun 2018 itu langganan PDAM kita ini masih sekitar 6.000 lebih, tahun 2020 ini sudah 9.750. PDAM ini saya kasih target bisa mendapat 11 sampai 12 ribu pelanggan sehingga break even point dari pada PDAM akan berjalan dengan baik,” jelasnya.
Direktur PDAM Wakatobi, Zakaria mengatakan, sumber mata air Matahora akan melayani 11 desa dan kelurahan yang ada di Kecamatan Wangi-wangi dan Kecamatan Wangi-wangi Selatan.
“Sudah sekitar 15 tahun keluarga saya yang ada di sana tidak menikmati air bersih (PDAM),” kata Zakaria.
Adanya listrik dari PLN ini, air PDAM di 11 desa tersebut akan menyalir setiap hari, di mana sebelumnya air hanya seminggu sekali sebab masih menggunakan mesin genset.
“Selain itu kami akan buka pendaftaran untuk penambahan pelanggan baru. Selama ini kami belum lakukan penambahan pelanggan karena masih menggunakan genset yang memakan banyak biaya,” tambahnya. (C)
Peresmian pengoperasian listrik di sumber mata air Matahora juga dihadiri Ketua DPRD Wakatobi Hamiruddin, Perwira penghubung Wakatobi Mayor Infantri Ilham Kapoli, Kajari Wakatobi Suyanto, kepala PLN rayon Wangi-wangi, sejumlah kepala OPD, tokoh adat, dan tokoh agama. (C)
Laporan: Amran Mustar Ode
Editor: Sarini Ido
