Indonesia Mulai Mitigasi Krisis Air Bersih dan Pangan, Misalnya

  • Bagikan
Ilustrasi krisis air bersih. (Foto: Dok. Kementerian PUPR)

SULTRAKINI.COM: Dunia saat ini tengah menghadapi perubahan iklim. Salah satunya mengakibatkan krisis air bersih dan pangan. Pemerintah Indonesia pun mulai memitigasi penanggulangan krisis tersebut.

Dilansir dari Suara.com, Sekertaris Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) RI, Mohammad Zainal Fatah mnyampaikan saat ini pemerintah mulai mengambil tindakan untuk menghadapi krisis air bersih dan pangan. Misalnya mitigasi dengan membangun infrastruktur untuk mengatur kecukupan air bersih dan pangan di tanah air.

Peran utama dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia, meliputi sebagai lintas sejarah peradaban di masa mendatang, meningkatkan daya saing dengan negara lain, pembangunan infrastruktur diharapkan bisa memudahkan akses antardaerah dan mempererat persatuan bangsa, serta pemerataan keadaan sosial.

Pemerintah melalui kementerian PUPR mulai membangun beberapa infrastruktur untuk menanggulangi kecukupan air dan pangan di Indonesia. Wujudnya berupa 20 bendungan untuk persediaan air bersih. Selanjutnya dibangun beberapa bendungan lagi untuk menjaga ketersediaan air bersih di Indonesia.

“Rencananya kami membangun 61 bendungan sampai 2024,” jelasnya ketika menghadiri kuliah umum di Universitas Muhammadiyah Malang, Senin, (20 Juni 2022).

Sedangkan upaya menjaga ketersediaan pangan, pemerintah menetapkan daerah produksi pangan yang bertujuan untuk menyokong kebutuhan pangan daerah maupun nasional.

Di Indonesia sekitar 2,73 triliun meter kubik air hujan bisa dihasilkan per tahunnya. Namun tidak semua air tersebut dimanfaatkan sebagai air bersih dan layak konsumsi.

Dibandingkan dengan Amerika Utara dan Australia, Indonesia tertinggal dalam hal pencadangan persediaan air bersih. Amerika Utara mampu menampung cadangan 6.000 meter kubik air pertahun. Sementara Australia menyimpan 4.700 meteri kubik air pertahun.

Dikatakan Zainal, kebutuhan air terus meningkat tiap tahunnya. Beberapa yang mempengaruhi kebutuhan air, yakni perubahan sistem pertanian, tata kelola kota, dan gaya hidup.

“Kebutuhan air meningkat, namun ketersediaan air bersih semakin menipis,” ucapnya. (C)

Laporan: Elsa Claudia
Editor: Sarini Ido

  • Bagikan