SULTRAKINI.COM: WAKATOBI – Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, beberapa tahun terakhir ini mengalami kemerosotan ekonomi yang signifikan, yang berdampak pada peningkatan tingkat inflasi dan penurunan daya beli masyarakat.
Data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Wakatobi mengungkapkan bahwa laju inflasi di kabupaten ini pada tahun 2021 hanya sebesar 1,05 persen, namun meningkat tajam menjadi 8,35 persen pada tahun 2022.
Pendiri Koalisi Parlemen Jalanan, Emen Lahuda, menyerukan kepada Bupati Wakatobi, Haliana, untuk mengambil langkah serius dalam mengatasi lesunya ekonomi ini.
Emen Lahuda menyatakan bahwa saat ini, Bupati Wakatobi harus mengimplementasikan program yang pro-rakyat sebagai respons terhadap krisis ekonomi ini. Ia berpendapat bahwa hingga saat ini, belum ada program yang dikeluarkan oleh pemerintah setempat untuk mengatasi masalah inflasi ini.
Menurut Emen Lahuda, salah satu langkah yang dapat diambil oleh Pemerintah Daerah Wakatobi untuk meningkatkan daya beli masyarakat adalah dengan melakukan penataan pasar, khususnya pasar sentral.
Mantan anggota tim milenial Haliana-Ilmiati Daud (HATI) ini menegaskan bahwa Bupati Wakatobi harus lebih peduli terhadap kondisi yang dihadapi oleh pedagang, bukan hanya muncul di pasar saat kampanye untuk mendapatkan dukungan politik.
“Peran pemerintah sangat penting saat ini, yaitu bagaimana mereka dapat mengawasi dan mengelola pasar sentral Wakatobi dengan efektif,” kata Emen Lahuda pada Kamis (5 Oktober 2023).
Emen Lahuda juga mengungkapkan bahwa pasar sentral Wakatobi saat ini kehilangan daya tarik, sebagian besar toko kosong dan tidak dihuni oleh pedagang.
“Saya terus bertanya-tanya, bagaimana kita dapat memperbaiki kondisi bangunan pasar yang terbengkalai ini dan mengisi kembali dengan pedagang. Selain itu, pasar juga menjadi sepi karena kurangnya koordinasi di antara komunitas pedagang di dalamnya,” jelasnya.
Hasil investigasi yang dilakukan oleh Emen Lahuda menunjukkan bahwa sejumlah pedagang merasa prihatin dengan kondisi pasar sentral Wakatobi yang sepi pembeli.
“Menurut para pedagang, beberapa tahun lalu mereka bisa menjual barang dagangannya hingga mencapai Rp 2 juta atau bahkan lebih dalam sehari, namun saat ini mereka bahkan kesulitan untuk menjual barang selama berminggu-minggu,” ungkapnya.
Laporan: Amran Mustar Ode