Olahan Ikan Tuna Jadi Primadona Pengunjung di Stand Kabupaten Buton

  • Bagikan
Produk olahan Ikan Tuna "Ingkita" Kabupaten Buton yang dipamerkan di HPN 2022. (Foto: Riswan/SULTRAKINI.COM)
Produk olahan Ikan Tuna "Ingkita" Kabupaten Buton yang dipamerkan di HPN 2022. (Foto: Riswan/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Stand Pameran Kabupaten Buton dalam perayaan Hari Pers Nasional (HPN) di Kendari tonjolkan hasil olahan Ikan Tuna yang siap menembus pasaran lokal dan nasional.

Selain dikenal sebagai penghasil aspal, Kepulauan Buton juga dikenal sebagai penghasil Ikan Tuna yang sudah memasuki dunia ekspor keluar negeri, misalkan Singapura dan beberapa negara tetangga lainnya.

Dari tangan kreatif para pelaku UMKM, Ikan Tuna berhasil di olah menjadi makanan yang lebih bervariasi dan enak tentunya. Kali ini ikan Tuna diolah dan dikemas menjadi Abon dan Sambal.

Abdul Khalik, pelaku usaha yang merupakan pembuat Abon dan Sambal ikan Tuna mengungkapkan hasil olahannya langsung yang saat ini dikenal Abon Tuna Ingkita dan Sambal Tuna Ingkita.

Dia mengatakan, untuk bahan baku pembuatan menggunakan ikan Tuna pilihan yang di tangkap langsung oleh masyarakat setempat yang mayoritas nelayan atau pemancing ikan Tuna.

“Kami memilih Ikan Tuna selain bahan baku mudah kita dapat, Ikan Tuna juga tinggi akan protein dan kandungan gizinya tinggi di bandingkan ikan lain,” kata Abdul, Salasa (8 Februari 2022) saat di temui di standnya.

Untuk harga, lanjutnya, sembari memperlihatkan produknya, Abon Ikan Tuna di bandrol dengan harga Rp30.000 rupiah per bungkus, untuk sambal Ikan Tuna dipasang dengan harga Rp 25.000 rupiah per botol.

“Hitungannya masih tergolong murah, karena proses olahan masih manual dan di jamin dari bahan pengawet,” timpalnya.

Abdul juga menjelaskan, untuk proses pembuatannya dari 30 kilo ikan Tuna dikerjakan selama tiga hari hingga siap jual, mulai dari pengerjaan Tuna yang masih segar kemudian di bersihkan dan di potong kecil menjadi beberapa bagian hingga proses pemanggangan menghabiskan waktu satu hari. Kemudian lanjut di tumbuk sampai hancur, hingga proses sangrai sampai kering dan siap di kemas.

“Semua prosesnya dilakukan secara manual,” bebernya.

Sementara untuk sambal, lanjut Abdul, pengerjaannya cepat bisa selesai dalam waktu satu hari, dari proses ditumbuk hingga digoreng dan dicampur dengan bahan lain. Untuk ketahanan produk abon tuna bisa bertahan selama satu tahun, sementara sambal Tuna bisa bertahan sampai enam bulan.

“Kami memilih Ikan Tuna selain bahan baku mudah kita dapat, Ikan Tuna tinggi akan Protein dan kandungan gizinya tinggi di bandingkan ikan lain,” urainya

Untuk jangkauan pemasaran produk sudah menjangkau wilayah Papua, Kalimantan, Makassar dan beberapa juga kita masukkan ke mini market,” ungkapnya.

Untuk di stand pameran Kabupaten Buton pengolahan sambal ikan tuna merupakan hal yang baru. Produknya tersisa 6 botol dari 20 botol yang di bawahnya.

Abdul membeberkan bahwa, Pihak pemerintah melalui Dinas Perindustrian memberikan bantuan berupa rumah industri untuk digunakan mengembangkan usahanya. (B)

Laporan: Riswan
Editor: Hasrul Tamrin

  • Bagikan