SULTRAKINI.COM: Segenap keluarga Sultan Buton ke-40 dr. H. La Ode Muhammad Izzat Manarfa, M.Sc (77 thn) serta Kerukunan Keluarga Baubau Buton (KKBB) di Kendari mengucapkan terimakasih kepada Pj Gubernur Sulawesi Tenggara Andap Budhi Revianto, Sekda Sultra Asrun Lio, Pj Walikota Kendari Muhammad Yusuf, mantan Pj Buton Basiran, Direktur RS Bahteramas, Kadis Perhubungan Sultra Rajulan, serta semua pihak keluarga dan kerabat di Kendari yang telah berpartisipasi pada pengantaran jenazah Sultan LM Izzat Manarfa dari Kendari sampai ke Baubau.
Selain itu, secara khusus ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Mayjend (Purn.) Andi Sumange Rukka yang telah memfasilitasi pengantaran jenazah dari Kendari ke Baubau menggunakan kapal speed pribadinya.
”Semoga bantuan dari semua pihak akan tercatat sebagai amal baik di sisi Allah SWT,” kata Prof Dr Ir Takdir Saili, M.Si dari KKBB Kendari mewakili keluarga Sultan Izzat Manarfa kepada SultraKini.com, Rabu (27 Maret 2024).
Prof Takdir yang juga Direktur Pascasarjana UHO bercerita, Sultan LM Izzat Manarfa menghembuskan napas terakhir pada Selasa (26/3/2024) pukul 18.10 WITA di RS Bahteramas.
Sebelumnya, Sultan LM Izzat Manarfa sempat dirawat di RS Palagimata Kota Baubau.
Wa Ode Anastasia Muliati, putri kedua Sultan menjelaskan, kondisi kesehatan sang ayah menurun karena kelelahan usai mengelilingi sejumlah kesultanan nusantara, seperti Ternate, Maluku Utara.
”Sejak bulan Oktober banyak undangan, bahkan berkunjung sampai ke Kesultanan Ternate,” kata Anastasia kepada media.
Setelah itu, Sultan melakukan ibadah Umroh di Tanah Suci, Arab Saudi. Kemungkinan kelelahan sebab tidak ada riwayat penyakit diderita sebelumnya.
LM Izzat Manarfa merupakan cucu Sultan Buton ke-38 yang dpilih oleh Siolimbona dan dikukuhkan sebagai Sultan Buton ke-40 pada 13 Desember 2013, menggantikan H La Ode Muhammad Djafar selaku Sultan Buton ke-39. Dengan demikian maka LM Izzat Manarfa tercatat menjadi Sultan Buton ke-40 selama kurang lebih 11 tahun.
Mengenal Kesultanan Buton
Pulau Buton, bagian dari Provinsi Sulawesi Tenggara, merupakan wilayah bersejarah yang awalnya dikenal sebagai kerajaan. Kepemimpinannya berubah menjadi kesultanan Islam di era Raja La Kilaponto atau Raja Murhum (1491-1537), yang menandai Raja ke-6 dari Buton.
Pulau ini telah mencatatkan namanya dalam sejarah Indonesia, terutama dalam naskah Nagarakertagama karya Prapanca pada tahun 1365 Masehi. Naskah tersebut menggambarkan Buton atau Butuni sebagai sebuah desa yang dihuni oleh para resi, lengkap dengan taman, lingga, dan sistem irigasi. Raja di Buton saat itu dikenal dengan gelar Yang Mulia Mahaguru, menunjukkan kedudukan yang sangat dihormati.
Buton juga mendapat pengakuan sejak era Majapahit, di mana Patih Gajah Mada dalam Sumpah Palapa menyebut nama pulau tersebut, mengukuhkan pentingnya Buton dalam lintasan sejarah Nusantara.
Laporan: Frirac