Keluhkan Beras Bantuan Tak Layak Konsumsi, Bulog Sultra Klaim sudah Diuji Sebelum Disalurkan

  • Bagikan
Kondisi beras yang dikeluhkan oleh masyarakat yang tidak layak konsumsi. Foto: Hasrul Tamrin/SULTRAKINI.COM)
Kondisi beras yang dikeluhkan oleh masyarakat yang tidak layak konsumsi. Foto: Hasrul Tamrin/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Bulog Provinsi Sulawesi Tenggara beserta jajarannya serta pihak Dinas Sosial Konawe Selatan langsung turun lapangan mengecek kualitas beras Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) di Desa Wawatu, Kecamatan Moramo Utara, Kabupaten Konawe Selatan. Pasalnya, beras bantuan ini dikabarkan tidak layak konsumsi.

Secara visual beras BPNT di Desa Wawatu, Kecamatan Moramo Utara nampak baik-baik saja. Bahkan pihak Bulog langsung melakukan uji tanak beras, hasilnya terlihat bagus dan putih. Ketika dicicipi dinyatakan layak dikonsumsi.

Namun demikian terhadap dua karung beras sisa distribusi pada keluarga penerima manfaat yang dianggap kurang layak. Bulog langsung menarik beras tersebut dan mengganti dengan beras baru.

Dari hasil uji tanak tersebut, Kepala Pimpinan Wilayah Bulog Sultra Ermin Tora beserta kepala Dinas Sosial, sekertaris camat, pendamping TKSK, dan distributor mengaku tidak ada masalah dengan beras tersebut dan layak dikonsumsi. Hal ini nilai berbanding terbalik dengan keluhan masyarakat. Namun hanya cara pengolahannya perlu perhatikan.

“Kami pun digudang itu secara teknis sebelum melakukan penyaluran, ada pendamping, ada supplier, ada gudang. Sebelum disalurkan kami pemeriksaan laboratorium, uji kualitas dulu dan saya pun memberikan sampel yang sama pada pak kadis (Dinas Sosial) bahwa inilah contoh beras akan disalurkan,” ujar Ermin Tora kepada SultraKini.com, Selasa (5/11/2019).

Uji tanak terhadap beras BNPT di Moramo Utara, Konawe Selatan. (Foto: Hasrul Tamrin/SULTRAKINI.COM)
Uji tanak terhadap beras BNPT di Moramo Utara, Konawe Selatan. (Foto: Hasrul Tamrin/SULTRAKINI.COM)

“Kalaupun ada dari puluhan karung, ada satu karung misalnya katakan lolos terikut dan kualitasnya kurang baik, kami siap mengganti dan tidak perlu khawatir soal biaya distribusi kami akan tanggung kok karena itu bentuk pelayanan kami pada agen,” sambungnya.

Diakuinya, Bulog selalu menyalurkan beras yang dibeli dari hasil produksi petani yang sudah teruji sejak dua bulan terakhir.

“Yang kita salurkan ini sudah dua bulan, namun yang ada komplen hanya agen ini dari seluruh agen yang ada di Konsel, mmemang saya dengar dari awal agen ini memang tidak mau menggunakan beras Bulog, saya memaklumi karena mungkin ibu (agen) sudah ada supplier lain,” kata Ermin Tora.

Sehubungan penyaluran beras tersebut, pihak Bulog sudah diberikan penugasan harus membeli beras hasil produksi petani.

“Saya mengatakan Bulog menyalurkan ini karena penugasan dari pemerintah untuk melayani BPNT, Kenapa harus melayani BPNT karena ditugasi menyerap hasil produksi petani,” tambahnya.

Meski demikian, pihak Bulog ke depannya berupaya agar memberikan kualitas terbaik kepada masyarakat, termasuk penerima BPNT.

Begitupun dengan distributor, Sriyanti. Ia mengaku beras yang diberikan kepada agen semuanya rata, namun hanya ada satu agen yang mengeluhkan soal kualitas beras. Padahal perkiraannya ada sekira tiga sampai dua ribu ton sekali distribusi kepada empat agen penyalur se-Kecamatan Moramo Utara. Dia menduga kemungkinan besar tempat penyimpanan atau gudang agen penyalur yang kurang tepat.

“Kalau saya ini sangat layak karena saya konsumsi juga sendiri, bahkan kita di rumah itu ada berapa orang tidak ada yang mengeluh,” katanya.

Jika sewaktu-waktu terdapat keluhan KPM atau agen berasnya tidak bagus, kata dia, bisa dilakukan penukaran sebelum dibagikan kepada penerimanyadengan kualitas lebih baik.

“Bisa kita tukarkan langsung di gudang dan kita yang langsung antarkan,” ucapnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Konsel, Edwind Koodoh, mengatakan tugas pihaknya hanya pengawasan mengecek permasalahan di lapangan. Terkait kualitas beras menjadi tanggung jawab Bulog. Persoalan kabar beras tidka layak konsumsi menurutnya hal itu bukan masalah, namun hanya sekadar persoalan cara penyampaiannya kepada masyarakat bahwa itu adalah bantuan.

“Kami tidak bisa buat apa-apa soal keluhan masyarakat, kita hanya menyangkut peluit, soal kualitas tanya beliau, kita hanya mencek benarkah ada permasalahan ini. Intinya, kami sebagai pemerintah hanya melakukan pengawasan terhadap jalannya pelaksanaan bantuan-bantuan sosial, khususnya di Konsel,” terang Edwind.

Edwind juga meminta kualitas beras bantuan bisa lebih diperhatikan sehingga masyarkaat betul-betul merasakan manfaat dari bantuan tersebut.

“Kita perbaiki kualitas, inilah bentuk pengawasan kita turun dengan komposisi yang penuh,” ujarnya.

Menurutnya, setelah pihaknya berbincang panjang lebar, ternyata bukan juga agen yang salah terhadap permasalahan tersebut melainkan dari sisi pemerimanya.

“Kadang-kadang kita bawakan beras, lain penerimaannya. Saya juga makan beras begini kok setelah kita cuci sudah bagus, caranya mengolah saja sebenarnya, kalau dibandingkan beras merah satu bulan kita simpan bisa seperempat kutunya,” tambahnya.

Jumlah penerima bantuan khusus BPNT di Kabupaten Konsel merupakan yang terbesar jumlahnya sehingga pengawasannya diperketat.

“Kalau di Konsel itu penerima BPNT totalnya 20.144 KPM. Penerima bantuan sosial terbesar di Sultra itu ada di Konsel,” jelasnya.

Diberitakan sebelumnya, sejumlah masyarakat Moramo Utara mengeluhkan bantuan beras tidka layak konsumsi. Hal ini juga dipertegas oleh seorang Agen Penyalur BNPT di wilayah itu perihal hal tersebut. Bahkan banyak masyarakat yang mengeluhkannya kualitas beras bantuan.

Masyarakat mengaku beras tersebut berkutu-kutu dan hitam.

Pihak agen Penyalur BNPT Moramo Utara juga sudah menyampaikan masalah tersebut ke pihak terkait, salah satunya pendamping program BNPT. Namun hanya diberikan harapan beras itu akan diganti dengan yang lebih baik, tetapi di bulan kedua kualitasnya masih sama.

(Baca: Warga di Moramo Utara Konsel Keluhkan Beras Bantuan Pangan Non-tunai Tidak Layak Konsumsi)

Laporan: Hasrul Tamrin
Editor: Sarini Ido

  • Bagikan