Soal Pasien BPJS Ditelantarkan, Ini Penjelasan Pihak RSUD Muna

  • Bagikan
Kepala Bidang Pelayanan RSUD Muna, Waode Seyembara. (Foto: Istimewa/SULTRAKINI.COM)
Kepala Bidang Pelayanan RSUD Muna, Waode Seyembara. (Foto: Istimewa/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: MUNA – Sempat menolak wartawan untuk dikonfirmasi, Kepala Bidang Pelayanan RSUD Muna, Waode Sayembara, akhirnya mau mengklarifikasi terkait pasien ibu melahirkan yang merasa ditelantarkan dan ucapan tak pantas oleh bidan jaga pada 24 Juli 2018.

Waode Sayembara mengaku, tudingan keluarga pasien terkait lambatnya pelayanan dan etika bidan jaga di ruang bersalin tidak benar. Kata dia, sejak pasien dirujuk ke RSUD Muna 23 Juli lalu sekitar pukul 20.55 Wita, kondisi umum pasien lemah, tekanan darah rendah, dan langsung mendapat tindakan pertama oleh dokter UGD dengna memasang infus serta bantuan oksigen kepada pasien. Tindakan lainnya dilakukan dengan observasi pasien dan rencana transfusi darah sebab tak memungkinkan untuk ditindaki manual.

“Pasien kalau menganggap tidak diperhatikan itu salah, ada dokter penanggungjawab. Meski dokter ahli dalam saat itu memang tidak ada, karena ada urusan sehari keluar kota dan saat itu pasien sudah membaik,” kata Sayembara kepada SultraKini.Com, Rabu (25/7/2018).

Sehubungan petugas medis, dirinya mengaku telah bekerja sesuai standar operasional kerja (SOP). Sebab, pasca dokter mengeluarkan resep, kemudian mengintruksikan tugas selanjutnya kepada bidan, utamanya inform konsen terlebih dahulu, memasang infus, kateter dan vagina toilet guna memastikan pasien yang diagnosa retensio plasenta masih bisa ditindaki oleh bidan atau tidak.

“Sempat dimasukan oksigen, ternyata tidak bisa dan dilakukan peregangan tali pusat terkendali, berarti harus ada tindakan lebih lanjut dengan cara dikerut (operasi ringan), rencananya besok paginya tranfusi karena jujur saja golongan darah A plus agak susah didapat,” jelasnya.

Lamanya penindakan juga saat itu, dikarenakan tranfusi darah yang telah siap sebanyak 3 kantong sekitar pukul 13.00 Wita harus melalui tahapan selanjutnya dengan mengkroscek kembali darah tersebut.

“Kita kesulitan dalam pengumpulan darah, karena tidak adanya bank darah jadi harus tunggu keluarga pendonor. Setelah itu dicroscek dan hanya satu kantong yang terpakai. Dokter tidak bisa bertindak kalau pasien kekurangan darah dan baru sore sekitar pukul 17.00 Wita sudah ditindaki,” lanjutnya.

Namun ditanyakan soal etika pelayanan mulai dari sampah sampai ributnya bidan jaga di ruang kebidanan saat itu diakuinya telah terjadi mis komunikasi dengan keluarga pasien. Namun dengan adanya masalah tersebut, tetap menjadi masukan bagi pihaknya.

“Kita akan rapat kembali menyangkut etika. Keluhan itu harus kita tampung karena menyangkut puas tidak puasnya pasien dan itu yang harus diatasi. Ini masukan agar kita lebih memperbaiki diri lagi karena tidak ada manusia yang sempurna, begitu juga keluarga pasien pun kita sampaikan,” ungkapnya.

Kepala Ruangan Kebidanan, Nur Salat Sihidi, tidak menampik salah satu bidan jaga saat itu mengatakan pasien mengeluarkan bau tidak sedap sehingga harus dibersihkan guna kenyamanan pasien sendiri dan menghindari terjadinya infeksi. Namun disampaikan dengan cara santun kepada pasien yang hanya ditemani suami.

“Tidak benar itu karena yang bersihkan pasien kemarin itu ada saya, bidan sampaikan dengan baik katanya bu mohon maaf kita bersihkan dulu. Kita mau sampaikan pakai bahasa medis, tapi pemahaman keluarga pasien tidak sampai ke situ jadi kami menggunakan bahasa awam. Suami pasien juga katakan tidak ada masalah,” terangnya.

Laporan: Arto Rasyid
Editor: Sarini Ido

  • Bagikan