CEK FAKTA: Narasi Hoaks Tentang Utang Rahasia dan Proyek Kereta Cepat

  • Bagikan

SULTRAKINI.COM: Postingan group Whatsapp di Sulawesi Tenggara membagikan  video unggahan klaim berita Presiden China Xi Jinping tagih uang utang atau 200 juta rakyatnya menetap permanen di Indonesia, berupa video siaran berita stasiun Tv “Gravitas: 165 countries owe at least $385 billion to China” yang diunggah akun YouTube resmi situs berita wionews.com. 

Postingan video tersebut diberi keterangan sebagai berikut:

Kenapa televisi lokal kok pada Bungkam ..???Justru televisi luar yg peduli terhadap Indonesia. Akhirnya China Komunis XI JIN Ping menagih hutang ke Indonesia setelah tahu nama Anies Rasyid Baswedan mendunia China menagih mau dibayar dengan uang atau 200 juta rakyat Tiongkok Komunis menetap secara permanen di Indonesia terutama di Kalimantan, akhirnya kebohongan pasti terbongkar JKW membangun IKN hanya untuk rakyat Komunis Tiongkok, dan kebenaran pasti muncul di permukaan.

Indonesia telah porak poranda secara paripurna saat ini, Indonesia dalam bahaya yang dilakukan oleh Rezim.

Allah SWT telah membuka satu demi satu.

CEK FAKTA:

Sebuah video yang menampilkan potongan siaran berita dari stasiun televisi India mendapat perhatian luas di media sosial. Dalam video tersebut, seorang presenter wanita mengenakan baju hijau menyampaikan dalam bahasa Inggris, “China telah memberikan pinjaman miliaran dolar kepada pemerintah di berbagai belahan dunia,” dilengkapi dengan subtitle bahasa Indonesia.

Video berdurasi 59 detik ini menarik perhatian karena mengangkat isu pembengkakan biaya proyek kereta cepat Jakarta-Bandung dan masalah pinjaman rahasia yang diberikan oleh pemerintah China. Pinjaman tersebut dianggap berisiko bagi negara-negara penerima karena berpotensi menjadi jebakan utang.

Narasi dalam video tersebut, yang merupakan terjemahan dari pembawa berita Palki Sharma, mengkritik keras praktik pinjaman China. Disebutkan bahwa banyak dari pinjaman ini diberikan secara rahasia, dikenal sebagai “pinjaman tersembunyi China,” yang menyebabkan masalah finansial bagi negara peminjam.

Sebagai contoh konkret, dikutip bahwa Indonesia telah meminjam dana besar dari China untuk pembangunan jalur kereta cepat, sebuah proyek yang diluncurkan pada tahun 2015 dan mengalami kenaikan biaya dari 4,5 miliar dolar AS menjadi lebih dari 8 miliar dolar AS. Narasi ini menekankan bahwa sebagian besar utang Indonesia kepada China tidak tercatat secara resmi, dengan jumlah utang tidak resmi yang dilaporkan mencapai hampir 23 miliar dolar AS, jauh melebihi angka resmi.

Menurut AidData, sebuah lembaga penelitian dan pengembangan internasional, Indonesia memiliki utang tersembunyi dari China sebesar 17,28 miliar dolar AS. Laporan AidData, yang berjudul ‘Banking on the Belt and Road: Insight from a new global dataset of 13.427 Chinese development projects,’ mengungkapkan besarnya utang tersembunyi yang dihadapi Indonesia.

Pembengkakan biaya pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung, yang mencapai Rp 26,6 triliun, telah memaksa Presiden Joko Widodo menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 93 Tahun 2021 sebagai revisi dari Perpres Nomor 107 Tahun 2015. Kebijakan ini memungkinkan penggunaan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk menutupi biaya pembangunan kereta cepat tersebut.

KESIMPULAN:

Kesimpulan analisis terhadap video yang beredar di media sosial, yang mengklaim pembengkakan biaya proyek kereta cepat Jakarta-Bandung dan utang rahasia dari China sebagai jebakan, menunjukkan indikasi kuat bahwa narasi tersebut mengandung unsur hoaks. Faktor-faktor berikut menjadi dasar penilaian ini:

  1. Pengecekan Fakta: Informasi yang disampaikan dalam video tersebut, khususnya mengenai jumlah utang tersembunyi dan implikasinya terhadap ekonomi Indonesia, memerlukan verifikasi lebih lanjut. Lembaga-lembaga penelitian kredibel seperti AidData memang menyebutkan adanya utang, namun konteks dan interpretasi data tersebut perlu ditangani dengan hati-hati.
  2. Narasi yang Menyesatkan: Penggambaran bahwa semua pinjaman dari China merupakan “jebakan utang” dan berbahaya bagi ekonomi Indonesia tidak mencerminkan keseluruhan realitas. Setiap pinjaman internasional, termasuk dari China, memang memerlukan kajian mendalam dan transparansi, tetapi menyederhanakan masalah kompleks menjadi narasi yang menakutkan bisa menyesatkan.
  3. Kekurangan Bukti Konkret: Narasi dalam video tersebut berfokus pada kasus kereta cepat Jakarta-Bandung sebagai contoh utama. Meskipun ada kenaikan biaya, langkah-langkah pemerintah dalam mengatasi masalah finansial, termasuk penerbitan Perpres Nomor 93 Tahun 2021, menunjukkan upaya transparan dan terkontrol dalam pengelolaan proyek.
  4. Potensi Disinformasi: Penyebaran video dengan klaim yang belum terverifikasi atau yang berpotensi menyesatkan dapat dianggap sebagai bagian dari disinformasi, yang bertujuan untuk mempengaruhi opini publik tanpa menyajikan semua fakta yang relevan.

Dengan mempertimbangkan aspek-aspek tersebut, video tersebut memiliki ciri-ciri hoaks karena menyajikan informasi yang menyesatkan dan tidak sepenuhnya didukung oleh data atau fakta yang terverifikasi. Penting untuk melakukan pengecekan fakta dan mendapatkan informasi dari sumber yang kredibel untuk menghindari penyebaran informasi yang tidak akurat.

REFERENSI:

https://www.liputan6.com/cek-fakta/read/5318559/cek-fakta-tidak-benar-berita-presiden-china-tagih-utang-atau-dibayar-dengan-200-juta-rakyatnya-menetap-di-indonesia

https://www.wionews.com/videos/gravitas-165-countries-owe-at-least-385-billion-to-china-422148

  • Bagikan