Indeks Kebahagiaan Orang Sultra Naik Tipis 0,69 Sejak 2014

  • Bagikan
Ilustrasi. (Foto: Goolge)

SULTRAKINI.COM: Kebahagiaan masyarakat Provinsi Sulawesi Tenggara kini bisa dilihat dalam angka. Badan Pusat Statistik Sultra, membuat survei di 17 kabupaten/kota di wilayah ini. Tindakan ini serentak diadakan di 487 kabupaten/kota terpilih di Indonesia pada 2017. Khusus Sultra, ada 1.517 sampel dari 1.540 orang target survei telah terdata. Tepatnya 98,51 persen sampel mendasari terukurnya tingkat kebahagiaan di Sultra.

Menurut BPS Sultra, kebahagiaan merupakan konsep berupa hasil evaluasi kehidupan yang menggambarkan kondisi kehidupan good life dan eudaimonia. Pada data, sumber kebahagiaan diperoleh dari kepala rumah tangga atau pasangan kepala rumah tangga sebagai sampel untuk dipapar tiga tolak ukur kebahagiaan, yakni dimensi kepuasan hidup, perasaan, dan dimensi makna hidup. Kebahagiaan akan dikerucutkan pada sejumlah indikator dari masing-masing dimensi dengan skala 0-100.

Dalam dimensi kepuasan hidup, kebahagiaan dari pendapatan rumah tangga menjadi yang terendah di masyarakat Sultra dengan besaran 60,42. Disusul kebahagiaan pendidikan dan keterampilan 56,45, kondisi rumah dan fasilitas rumah 65,64, pekerjaan/usaha/kegiatan utama 66,60 dan tertinggi kebahagiaan yang diperoleh dari indikator kesehatan, yaitu 69,30. Namun itu baru sebatas personal, sedangkan dalam cakupan sosial kebahagiaan masyarakat sangat rendah didapatkan dari ketersediaan waktu luang dengan besaran 75,22. Kemudian, beranjang di tingkat kebahagiaan yang diperoleh dari kondisi keamanan 77,19, keadaan lingkungan 77,82, hubungan sosial sebesar 78,99, dan tertinggi didapatkan dari hasil keharmonisan keluarga 83,14.

Secara skala perkotaan dan pedesaan, kepuasan hidup masyarakat juga terlihat berbeda-beda. Saat ini Sultra memiliki dua wilayah perkotaan, yakni Kota Kendari dan Kota Baubau. Orang Sultra di kawasan perkotaan lebih bahagia dibandingkan yang berada di pedesaan. Masing-masing menunjukkan angka besaran 71,95 dan 70,59. Namun keduanya cenderung lebih tinggi, ketika dihadapkan dengan kehidupan sosial sebagai sumber kebahagiaan mereka.

Berbeda halnya dengan dimensi perasaan. Orang Sultra kurang mendapatkan kebahagiaan dikarenakan perasaan tidak khawatir/cemas dengan besaran 63,22, perasaan tidak tertekan 69,17, dan rasa bahagia lebih diperoleh dari perasaan senang/riang/gembira 76,07.

Kehidupan bahagia dari makna hidup, masih kurang dirasakan dari segi pengembangan diri 64,49. Namun setingkat lebih tinggi dari kemandirian 70,94. Kemudian tingkatan berikutnya pada hubungan positif dengan orang lain 74,49, penguasaan lingkungan 75,11, penerimaan diri 77,75, dan tertinggi bahagia diperoleh dari optimisme dengan masa depannya 77,88.

Lantas bagamana besaran kebahagiaan itu apabila dilihat dari klasifikasi wilayah, jenis kelamin, status perkawinan, dan kelompok umur?

Kehidupan perkotaan dan pedesaan mempengaruhi tingkatan kebahagiaan masyarakat Sultra. Fakta data survei menunjukkan orang yang tinggal di perkotaan lebih bahagia 72,41 dibandingkan yang tinggal di pedesaan 70,61.

  • Bagikan