Padamu Sayangku La Ege di Jakarta, Tak Akan Pernah Berkurang Sebiji Kambuse

  • Bagikan
Ilustrasi. (Foto: Google)

SULTRAKINI.COM: Cinta jarak jauh memang kadang melelahkan. Terlebih tak ada perasaan saling menguatkan. Tapi beda dengan Wa Abe, meski sang kasih, La Ege berpijak di kota metropolitan, jarak tak menghabiskan siar rasa sayangnya.

Kata-kata rindu Wa Abe tergores dalam surat balasan untuk La Ege. Berikut isi suratnya.

Surat balasan Wa Abe Untuk La Ege

Ege, sarindu sekali kune kasian sama kamu. Samenangis kemarin baca suratmu. Sampai Sarung Masalili yang sapake dabasah bela kena air mataku. Hiks.

Suratmu itu memang indah dan menyejukkan, meski tak seindah Danau Napabale di Lohia, tak sesejuk angin di SOR saat sore hari.

Egeku sayang, makasih nasehatnya kemarin e. Sabelajarmi menikmati hubungan jarak jauh kita ini. Memang keras, tapi kalau kita hadapi sebenarnya manis. Seperti tiap gigitan pada Ngkalo-Ngkalo, kue kesukaanmu sayang.

Sajadi sadar kalau hidup ini hanyalah senda-gurau belaka, permainan yang pada akhirnya berhenti, seperti Permainan Kalego yang lincah kau mainkan itu hari didepan Idhaku.

Egeku, di Jakarta detak-detik kehidupan memang keras, tapi lantas jangan mengeraskan hatimu. Belajarlah dari Tari Linda, yang gemulai meneduhkan meski diiringi Rambi Wuna yang menghentak-hentak.

Oh iya Sayangku, sebenarnya toh samau curhat kune, masalah di Kampung kita yang makin aneh, sepulang La Dhangka dari Malaysia.

La Dhangka toh, dirubahmi namanya jadi Jeks. Dasudah beranimi rayu-rayu saya kune Sayang. Meski rayuannya asin dan kering, seperti Kaholeo yang belum masak. Ih.

Cewe-cewe lain pun banyak yang fans sama La Dhangka, mereka ikut-ikut logat juga kune kasian. Lupa dengan Wamba Wuna. Tabehambaku kaasi e.

Tapi, tenang saja sayang. Satidak tergoda sedikitpun meski selalu dabawakan Kue Cucur di rumah. Satidak pernah lepas Wamba Wuna ku kalau dia rayu saya, supaya dia bingung. Pokoknya satunjukkan kalau satidak pernah melupakan Wamba Wuna, yah seperti halnya tak pernah melupakanmu sedetikpun Egeku Sayang.

Begitulah Ege, apa yang ada sajalani apa adanya. Saya tidak goyah sedikitpun dengan rayuannya La Dhangka yang katanya jadi gaul sejak pulang merantau. Saya lebih memilih mencintai Kepolosanmu dengan Jati dirimu sebagai Mieno Wuna.

Berjanjilah Ege, kau tak akan pernah berubah, hingga suatu nanti kau pulang untuk membangun Wite Barakati ini.

Egeku, kuatlah disana, percayalah padaku disini.

Saberjanji padamu, diantara daun-daun jambu mete yang berguguran.. Percayalah, meski Jati disini disikat habis, meski laut disini ditimbun terus, Cintaku padamu tak akan pernah berkurang, sebiji kambuse pun.

Asiangko

Wa ABE

Oleh: La Ode Muhram Naadu

Ilustrasi. (Foto: Google)

(Redaksi memohon maaf, sebab sebelumnya tidak mencantumkan nama penulis karya ini)

  • Bagikan