Dampak Kemarau, Inflasi Sultra 0,20 Persen

  • Bagikan
Pedagang sayur disalah satu pasar Kendari. (Foto: Rifin/SULTRAKINI.COM)
Pedagang sayur disalah satu pasar Kendari. (Foto: Rifin/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Kemarau panjang pada Oktober 2018 mengakibatkan terjadi perkembangan harga pada kelompok bahan makanan di Sulawesi Tenggara (Sultra), hingga mengakibatkan inflasi sebesar 0,20 persen month to month (mtm), jika dibandingkan September yang mengalami deflasi 0,65 persen (mtm).

Kepala Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPwBI, Surya Alamsyah, inflasi tersebut disumbangkan sebagaian besar oleh komoditas sayu-sayuran yang mengalami inflasi sebesar 10,07 persen (mtm). yang disumbangkan oleh komoditas kacang panjang, bayam dan sawi hijau yang masing-masing mengalami inflasi sebesar 8,40 persen (mtm), 5,83 persen (mtm) dan 20,10 persen (mtm).

“Menguatnya tekanan harga pada komoditas sayur-sayuran disebabkan kemarau panjang beberapa sayuran yang membutuhkan banyak air mengalami gagal produksi,” Surya Alamsyah dalam rilisnya., Jumat (2/11/2018),

kata Surya, beberapa komoditas sayuran yang membutuhkan sedikit air seperti tomat sayur, bawang merah dan tomat buah mengalami peningkatan produksi hingga menekan inflasi. Komoditas-komoditas tersebut mencatatkan penurunan harga masing-masing sebesar 12,57 persen (mtm), 8,39 persen (mtm) dan 6,69 persen (mtm).

Selain itu, yang juga menyumbangkan inflasi akibat kemarau, lanjut Surya, yakni komoditas ikan segar mengalami inflasi sebesar 1,26 persen (mtm). Seperti ikan cakalang 6,11 persen (mtm) dan ikan kembung 4,19 persen (mtm).

“Kemarau panjang dengan curah hujan yang rendah dan suhu permukaan air laut yang tinggi sehingga tangkapan ikan menjadi berkurang,” ujar Surya Alamsyah, Jumat (2/11/2018).

Sementara itu, untuk stok daging ayam ras relatif terjaga di pasar. Sehingga turut mendorong penurunan harga sebesar 4,63 persen (mtm).

Di sisi lain, pada kelompok makanan terdapat peningkatan tekanan inflasi yang dipengaruhi oleh perubahan harga komoditas mie dan nasi dengan lauk sebesar masing-masing sebesar 4,04 persen(mtm) dan 1,83 persen (mtm).

Tekanan inflasi juga terjadi pada kelompok perumahan karena tingginya permintaan, seiring dengan mulai bertambahnya aktivitas konstruksi.

“Inflasi perumahan dilihat dari meningkatnya harga komoditas besi beton dan semen masing-masing 7,77 persen (mtm) dan 0,43 persen (mtm),” ucap Surya.

Ia menjelaskan, perkembangan harga saat ini di Sultra masih searah dengan perkembangan tingkat nasional yang juga mencatatkan inflasi sebesar 0,28 persen (mtm) sehingga secara tahunan inflasi tercatat sebesar 3,16 persen (yoy).

“Capaian inflasi masih berada dalam rentang sasaran inflasi yang ditetapkan tahun ini sebesar 3,5 ± 1 persen,” ucap Surya.

Untuk di ketahui, Kota Kendari dan Kota Baubau mencatatkan inflasi masing-masing sebesar 0,16 persen (mtm) dan 0,31 persen (mtm).

“Dengan kondisi tersebut, inflasi tahunan Sultra tercatat sebesar 2,50 persen (yoy) dengan inflasi tahunan untuk Kota Kendari sebesar 2,69 persen (yoy) dan Kota Baubau sebesar 2,03 persen (yoy),” Tutupnya.

Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sultra terus berupaya atasi pengendalian inflasi dengan melakukan koordinasi dan mempererat kerjasama antar Kabupaten/Kota, serta pemanfaatan resi gudang di Kota Kendari.

“Secara khusus dalam pengendalian inflasi ikan, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) melakukan beberapa upaya antara lain mempermudah perizinan kapal tangkap, optimalisasi pemanfaatan cold storage dan melakukan kajian pengaturan tata niaga perikanan,” pungkasnya.

Laporan: Rifin/Estin Wulandari
Editor: Habiruddin Daeng

  • Bagikan