SULTRAKINI.COM: KONAWE – Fani Mulyajaya (19), gadis dari Kelurahan Hopa-hopa, Kecamatan Wawotobi, Kabupaten Konawe, tak bisa menahan rasa sakit yang menggerogotinya. Ia hanya bisa terkulai lemas di pembaringan dengan tubuh kurus kering, bak anak penderita gizi buruk.
Senin (23/7/2018) malam, ia menghembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Konawe. Ia tak tertolong setelah beredar kabar kalau pemerintah tak tahu menahu perihal keberadaan dan penderitaannya.
Kabar tentang meninggalnya Fani diungkapkan salah seorang informan SultraKini.Com yang enggan disebutkan namanya, Selasa (24/7/2018). Informan ini bercerita, jika Fani hampir tak mendapat perhatian pemerintah dalam perawatannya.
Bapaknya yang hanya petugas honorer di salah satu kantor SKPD Konawe tak bisa berbuat banyak karena keterbatasan dana. Begitu pun ibunya yang disebut-sebut bekerja sebagai petugas kebersihan.
Informan ini juga membeberkan, saat Fani hendak dibawa ke Puskesmas Wawotobi, pihak keluarga mengaku tak memiliki cukup uang. Belum lagi, kartu BPJS Kesehatan mereka tak punya.
Alhasil, selama beberapa hari perawatan di puskesmas, pihak keluarga bahkan sampai menggelontorkan biaya kesehatan hingga Rp3 juta. Merasa tak punya biaya lagi, Fani akhirnya dibawa kembali ke rumah, walaupun akhirnya pihak keluarga diberi masukan agar Fani harus dibawa ke rumah sakit kabupaten.
“Saat di rumah sakit juga, BPJS-nya belum ada. Bapaknya itu harus pake pembayaran listrik rumahnya untuk biaya berobat. Kami juga harus patungan untuk membantu keluarga ini,” jelasnya.
Lalu, bagaimana tanggapan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe, Muh. Aris terkait masalah ini? Ia tidak menampik hal tersebut. Namun ia mengaku, kalau pihaknya sudah berusaha membantu.
“Termasuk saat berada di rumah sakit, saya juga telepon dokter Agus (Direktur Rumah Sakit, red) supaya dibantu masalah pembiayaan. Sambil juga kami minta agar keluarga segera mengurus BPJS-nya, karena dari pihak BPJS juga sudah dihubungi,” ujarnya.
Aris juga menampik jika pemerintah tidak peduli terhadap kondisi Fani. Ia mengaku, tahun 2017 lalu telah melakukan pendataan di semua titik di Konawe untuk mengecek jika ada warga yang sakit.
“Tapi anehnya, pasien ini tidak kami temukan. Padaha di tempat tinggalnya itu sudah pernah dilakukan pendataan,” katanya.
Sementara itu, Direktur BLUD Rumah Sakit Kabupaten Konawe, dr. Agus Lahida juga menampik jika Fani disebut menderita gizi buruk sebagaimana kabar yamg beredar. Menurutnya, gizi buruk hanya menyerang anak-anak. Sementara pasienyang dimaksud telah meninggal dunia.
“Setiap pasien pasti ada rekam medisnya. Nanti di situ akan kelihatan. Yang jelasnya bukan gizi buruk. Kemungkinannya ada penyakit lain yang diderita pasien,” pungkasnya.
Laporan: Mas Jaya
Editor: Sarini Ido