Aplikasi OurFish Dihadirkan Bantu Nelayan Dalam Pencatatan Hasil Tangkapan di Sultra

  • Bagikan
Ngopi Bareng dan Diskusi Santai bertema Pencatatan Hasil Tangkapan untuk Keberlanjutan Pengelolaan Perikanan Skala Kecil, Sabtu (19/12/2020). ( Foto: Riswan/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Sulawesi Tenggara bersama Rare melihat pentingnya pencatatan hasil tangkapan sebagai langkah untuk tersedianya data dalam pengelolaan perikanan skala kecil di “Bumi Anoa” ini.

Kegiatan yang berlangsung sabtu 19 Desember 2020 bertempat di Swiss-Belhotel Kendari, Sulawesi Tenggara dengan acara t

Melalui Talk Show Ngopi Bareng dan Diskusi Santai bertema Pencatatan Hasil Tangkapan untuk Keberlanjutan Pengelolaan Perikanan Skala Kecil, aplikasi OurFish diperkenalkan sebagai sarana pengumpulan data perikanan khususnya di tingkat desa. Tingkatan ini dinilai penting sebagai tingkat pertama mendapatkan data hasil tangkap dan informasi yang akurat di lapangan.

“Di perikanan tidak mudah mengumpulkan data. Makanya jalan keluarnya menggunakan OurFish. Kenapa pengumpul dan bukan nelayan karena nelayan pekerjaan utamanya adalah menangkap ikan dan mungkin tidak akan fokus dalam pencatatan,” ucap Direktur Program Rare, Hari Kushardanto di salah satu hotel di Kota Kendari, Sabtu (19/12/2020).

Sementara Kasubag Program dan Data DKP Provinsi Sultra, Lely Fajriyah mengatakan, data pencatatan hasil tangkapan ikan berguna untuk mengambil keputusan. Misalnya, langkah tepat mengembangkan pengelolaan perikanan.

“Kalau datanya salah, akan salah juga pengelolaannya. Tapi dengan adanya bantuan dari Rare berupa aplikasi OurFish, ini sangat membantu kami dalam menyediakan data yang akurat yang langsung dicatat oleh masyarakat pelaku perikanan tangkap,” jelas Lely.

Di tempat yang sama, Dekan FPIK sekaligus Guru Besar Universitas Halu Oleo, Profesor La Sara, mengaku tanpa adanya data, sumber daya perikanan bisa saja habis apabila pemanfaatannya yang tidak baik. Bahkan berlebihan tanpa dibarengi dengan solusi yang tepat.

“Kalau ikan habis, mana ada investor mau investasi di sektor perikanan. Padahal potensi perikanan di Indonesia masih sangat besar,” ucapnya.

“Bagaimana nanti para ahli bisa membuktikan potensi perikanan di Indonesia masih besar, kalau data yang terkumpul tidak akurat. Yang akan terjadi malah eksploitasi secara berlebihan yang mengakibatkan stok ikan menjadi berkurang di alam,” sambungnya.

Selain diskusi terkait persoalan itu, juga ikut disinggung mengenai perbaikan data yang menjadi konsentrasi Pemerintah Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Dimana sebagai provinisi pesisir dengan jumlah penduduk 2,7 juta orang yang tersebar di 81 pulau dari total 651 pulau yang ada, perikanan masuk ke dalam lima komoditas unggulan Sultra.

Menurut analisa yang dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan, potensi perikanan di perairan Sultra mencapai 1,5 juta ton per tahun. Untuk menjaga potensi ini, diperlukan suatu model pengelolaan sektor perikanan yang baik, agar komoditas perikanan dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Sekitar 90 ribu nelayan skala kecil tercatat di Provinsi Sultra memiliki peran penting dalam memberikan data potensi perikanan ini. Sebab, nelayan adalah pelaku sektor perikanan tangkap yang langsung terlibat dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan. (C)

Laporan: Riswan
Editor: Sarini Ido

  • Bagikan