Cuaca Ekstrim Dorong Meningkatnya Inflasi di Sultra

  • Bagikan
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Tenggara, Minot Purwahono, Senin (2/7/2018). (Foto: Rifin/SULTRAKINI.COM)
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Tenggara, Minot Purwahono, Senin (2/7/2018). (Foto: Rifin/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Cuaca ekstrim yang melanda wilayah Sulawesi Tenggara sejak bulan Mei mendorong peningkatan tekanan inflasi pada kelompok komoditas bahan makanan bergejolak (volatile food). Periode Juni 2018, kelompok bahan makanan menyumbangkan inflasi 5,90 persen (mtm) lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya 3,83 persen (mtm).

“Inflasi pada kelompok volatile food tersebut, terutama didorong peningkatan harga pada sub kelompok komoditas ikan segar, sayur-sayuran, dan daging,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Tenggara (Sultra), Minot Purwahono, Senin (2/7/2018).

Komoditas ikan segar yang mendorong inflasi, utama ikan cakalang, ekor kuning, kembung, layang, dan teri yang banyak dikonsumsi masyarakat Sultra.

Kondisi perairan di wilayah Sultra yang kurang bersahabat (ombak tinggi) dan momentum Idul Fitri menyebabkan terbatasnya aktivitas nelayan di Sultra. Dampaknya, pasokan ikan di pasar berkurang. Sedangkan komoditas pada sub kelompok sayur-sayuran yang mencatatkan inflasi, seperti bayam, kangkung, sawi hijau, terong panjang, dan tomat sayur.

“Curah hujan yang tinggi menyebabkan produksi di sentra produksi mengalami penurunan. Selain ikan dan sayur-sayuran komoditas daging sapi dan daging ayam juga mencatatkan peningkatkan inflasi dari bulan sebelumnya, seiring peningkatan permintaan untuk Idul Fitri,” jelas Minot.

Inflasi yang lebih tinggi pada kelompok volatile food tertahan, berlanjutnya deflasi pada komoditas beras, bawang merah, cabai merah, dan cabai rawit.

Peningkatan inflasi juga terjadi pada kelompok administered price yang tercatat sebesar 2,54 persen (mtm), meningkat dari bulan sebelumnya sebesar 0,28 persen (mtm).

“Peningkatan inflasi pada kelompok administered price, terutama didorong oleh inflasi tarif angkutan udara seiring meningkatnya permintaan tiket pada periode Idul Fitri 1439 Hijriah. Inflasi juga terjadi pada komoditas rokok kretek, rokok putih, dan rokok kretek filter,” lanjutnya.

Sementara itu, inflasi pada kelompok inti relatif terkendali dan tercatat sebesar 0,40 persen (mtm). Sedikit meningkat dibandingkan Mei 2018 sebesar 0,32 persen (mtm). Peningkatan tersebut, didorong inflasi pada komoditas bahan material (paku dan cat), sandang pria dan wanita, serta seragam sekolah.

Kondisi berlangsung di tengah momentum Idul Fitri dan persiapan pergantian tahun ajaran baru. Inflasi yang lebih tinggi pada kelompok inflasi inti tertahan oleh deflasi yang terjadi pada komoditas gula pasir dan garam.

Menyikapi perkembangan terkini dan memperhatikan risiko ke depan, utamanya peningkatan curah hujan yang melanda wilayah timur Sultra, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sultra akan terus melakukan pemantauan harga di pasar dan mendorong koordinasi antar daerah untuk melakukan kerja sama. Tujuannya, kekurangan pasokan di suatu daerah dapat dipenuhi oleh daerah lain yang kelebihan produksi.

“Langkah-langkah tersebut dilakukan untuk menjaga inflasi Sultra berada dalam kisaran sasaran inflasi nasional di tahun 2018 sebesar 3,5 persen±1 persen (yoy),” terangnya.

 

Laporan: Rifin
Editor: Sarini Ido

  • Bagikan