Mengurai Makna Pesan Terakhir RR (15): Kisah Piluh Perjuangan Siswi SMK Kendari sebagai Korban Tekanan Hidup dan Rasa Sakit

  • Bagikan
Jasad RR, sisiwi SMK di Kendari yang ditemukan bunuh diri. Foto: IST
Jasad RR, sisiwi SMK di Kendari yang ditemukan bunuh diri. Foto: IST

SULTRAKINI.COM: RR (15) adalah siswi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Ia memilih jalan pintas mengakhiri hidupnya dengan cara minum racun. Ia ditemukan tewas di kamar kostnya, kawasan P2ID Wuawua, Kendari, pada Jumat (17 November 2023).

“Korban meminum racun serangga di rumah kost,” kata Kapolresta Kendari, Kombes Pol Muhammad Eka Fathurrahman, kepada media di Kendari.

Detik-detik sebelum meninggal gadis ini sempat mengirimkan pesan kepada sang ayah, dipangilnya “Opa.” Dari pesan-pesannya itu dapat ditebak bahwa RR selama ini tertekan hidupnya sekaligus menyimpan rasa  sakit yang mendalam.

Berikut petikan pesan RR kepada ayahnya, sesaat sebelum mengakhiri hidup.

Assalamualaikum, Opa. Saya minta maaf kalau saya tidak bisa bertahan sampai di sini. Ternyata saya tidak sekuat itu untuk bertahan lebih lama. Saya sudah terlalu capek Opa, sudah banyak sekali sakit yang saya rasakan. Jujur saja Opa, saya capekmi tangisi hidup yang begini.

Saya sayang kita, Opa. Saya sayang juga I Ariel, I Iyeng, I Mama. Tapi, I Mama jahat sekali sama Saya sering sekali mi saya makan hati karena bicaranya yang sakit sekali saya dengar, saya tertekan juga tinggal sama, I Mama yang setiap hari marah-marahi saya. Biar bukan salahku tetap saya dimarahi. Dan yang paling sakit, Opa, kalau saya dibeda-bedakan sama I Ariel.

Opa, sebenarnya sudah lama saya mau pergi tinggalkan kalian. Tapi, saya suka berpikir kalau saya nda ada siapa yang mau kasih bahagia kita kalau bukan saya, Opa saya minta maaf nah, saya belum kasih bahagia kita. Saya sayang sekali, Sama kita Opa. Saya capek sekalimi Opa. Saya sudah tidak ada semangatku mau hidup. Ternyata hidup sejahat itu, Sama saya dii. Opa, kalau saya sudah tidak ada kita jaga kesehatannya. Kita jangan suka kerja yang berat-berat. Saya tidak mau kita sakit. Atau kenapa, jangan kita menangis. Nah, Opa, kalau saya pergimi karena pernah mi juga toh sa mengeluh sama kita. Kalau saya-saya N D-an bisa bertahan hidup. Kalau Sama imama tapi N D ada responnya kita. Sampai jumpa. Sampai jumpa.

Kata-kata atau narasi yang disampaikan RR tersebut, mengungkapkan beberapa aspek penting tentang kondisi emosional dan mental RR:

  1. Perasaan Putus Asa dan Kelelahan Emosional. RR mengungkapkan rasa putus asa yang mendalam dengan kata-kata “Saya minta maaf kalau saya tidak bisa bertahan sampai di sini.” Ini menunjukkan bahwa RR merasa kehabisan tenaga dan tidak lagi mampu mengatasi beban emosional yang dihadapinya.
  • Pengakuan Terhadap Rasa Sakit. RR secara eksplisit menyatakan bahwa dia “sudah terlalu sakit.” Ini bisa menunjukkan rasa sakit baik secara fisik maupun emosional, menandakan adanya penderitaan yang berat dan terus-menerus.
  • Konflik Keluarga dan Dampaknya. RR menyebutkan ketidakharmonisan dalam hubungan dengan ibunya (“I Mama jahat sekali”) dan merasa terbebani oleh perlakuan yang didapat (“bisa makan hati” dan “dibeda-bedakan”). Ini mengindikasikan adanya konflik keluarga yang mungkin berdampak besar pada kesehatan mentalnya.
  • Rasa Tidak Dihargai dan Dibebani. RR merasa bahwa dia sering kali mendapat perlakuan yang tidak adil (“Biar bukan salahku tetap saya dimarahi”). Ini menunjukkan perasaan tidak dihargai dan terbebani oleh tuntutan atau ekspektasi yang tidak realistis.
  • Perasaan Tidak Berdaya dan Kehilangan Kontrol. Narasi RR menunjukkan rasa tidak berdaya dalam mengubah situasi yang dialaminya, terutama dalam konteks hubungan keluarga.
  • Tanggung Jawab dan Beban Emosional. RR merasa bertanggung jawab untuk membahagiakan keluarganya (“kalau saya tidak ada siapa yang mau kasih bahagia kita”) tetapi juga merasa gagal dalam hal ini, yang menambah beban emosionalnya.
  • Kehilangan Harapan dan Semangat Hidup. RR mengungkapkan kehilangan semangat untuk hidup dan kekecewaan terhadap kehidupan (“Ternyata hidup sejahat itu”).
  • Perpisahan dan Pesan Terakhir. Bagian akhir surat, yang berbunyi “Sampai jumpa,” menunjukkan pengakuan akan keputusan yang telah dibuat untuk mengakhiri hidup dan berpisah dengan orang yang dicintainya.

Secara keseluruhan, narasi RR mengungkapkan rasa sakit, putus asa, konflik keluarga, perasaan tidak dihargai, dan kehilangan harapan. Ini adalah indikasi kuat dari adanya masalah kesehatan mental yang serius, seperti depresi atau gangguan emosional lainnya, yang memerlukan perhatian dan intervensi dari tenaga profesional. Dalam situasi seperti ini, penting bagi individu dan keluarganya untuk mencari dukungan psikologis atau psikiatri untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.

Jika Anda atau orang yang Anda kenal sedang mengalami kesulitan emosional, sangat penting untuk mencari dukungan profesional, seperti bantuan psikologis atau konseling. Mereka dapat memberikan panduan dan dukungan yang diperlukan untuk menghadapi situasi ini. Jangan ragu untuk berbicara dan meminta bantuan. Kesehatan mental sangat penting dan ada banyak sumber daya yang dapat membantu.

Laporan: Frirac

  • Bagikan