‘Bekal Terasi’ Mengantarkan Guru Ini Juarai Ajang Inovasi Prakarya

  • Bagikan

SULTRAKINI.COM: Perlombaan Inovasi Pembelajaran Guru SMP Tingkat Nasional telah usai. Ajang kreativitas guru ini dilaksanakan di Kota Wisata terkenal dunia, yakni Nusa Dua Bali. Kegiatan tersebut berlangsung pada 17-21 September 2018. Kisah sukses guru menjadi hal menarik untuk disimak. Salah satunya, Suhardin, S.Pd yang mampu menjadi juara pertama bidang Sorak.

Mengajar di sekolah yang telah berlevel nasional, bukan tanpa hambatan. Sekolah model, adiwiyata, ramah anak dan berkarakter tingkat nasional merupakan julukan SMPN 17 Kendari. Namun kenyataannya, sekolah ini belum memiliki ruang keterampilan sebagai sarana praktikum prakarya. Akan tetapi, sarana dan prasarana tersebut, bukan sebuah halangan dalam pembelajaran. Mengenalkan media yang sederhana dan dekat dengan kehidupan siswa menjadi tawaran solusinya. Hal inilah dilakukan oleh Suhardin, S.Pd sehingga mengantarkannya menjadi juara nasional.

Guru prakarya kelahiran Mandonga, 31 Juli 1973 tersebut, memanfaatkan komunitas maya siswa menjadi wahana diskusi virtual. Waktu pembimbingan yang terasa minim dalam pembuatan produk prakarya menjadi alasannya.

Komunitas itu bernama Expamnes (Eksekutif People Anti Mainstream of Nine Seven). Memanfaatkan berbagai informasion line dan perangkat program handphone android maupun laptop menjadi dominan.

Siswapun dapat berkreasi dalam mengasah kreativitasnya. Pelibatan keluarga dan masyarakat dalam pembelajaran menjadi salah satu daya pikatnya.

Kegiatan proyek kunjungan ke dunia usaha dan program kebersamaan dengan orang terdekat menjadi hal penting dalam mengontrol pembelajaran di luar kelas. “Memasak bersama ibu” menjadi sebuah kegiatan yang dianggap menarik oleh para juri.

“Kriya siswa dituntut harus mampu berasing dalam nilai estetika, kekokohan dan harga jualnya. Ini menjadi penting karena karya kerajinan tangan siswa bukan menjadi pajangan semata. Guru telah menyiapkan wadah berwirausaha yang disebut Prase Suhardin Shop,” ucap Suhardin kepada SultraKini.Com, Senin (24/9/2018).

Media alternatif Bekal Terasi (Berkearifan Lokal dan Teknologi Informasi). (Foto: Dok.pribadi/SULTRAKINI.COM)
Media alternatif Bekal Terasi (Berkearifan Lokal dan Teknologi Informasi). (Foto: Dok.pribadi/SULTRAKINI.COM)

Desain promosi harus menarik perhatian pembeli. Kemampuan siswa dalam memanfaatkan teknologi informasi sangat diperlukan. Namun itu, bukanlah sebuah masalah. Kehidupan siswa saat ini tidak lepas dari sebuah ponsel pintar, yakni Android. Kelihaian mereka memakainya dijadikan sebuah peluang meraih rupiah. Begitulah cara guru ini memanfaatkan media sosial secara positif.

Pembelajaran abad ke-21 memang menuntut penguasa teknologi. Namun kearifan lokal harus tetap terpelihara.

Tuntutan pembelajaran kurikulum 2013 menjadi jawaban yang ditawarkan pemerintah. Aspek keterampilan menjadi komponen yang penting dalam pembelajaran. Hal tersebut telah mendorong sosok guru ini untuk mengembangkan media alternatif. Dia menyebutnya Bekal Terasi, yang merupakan akronim dari Berkearifan Lokal dan Teknologi Informasi.

“Mengenalkan pembelajaran prosedural kerajinan dengan motif daerah, arsitektur rumah adat Sulawesi Tenggara dan pengolahan makanan khas menjadi hal yang dominan. Laika, Malige, Lambu Balano, Tawaoloho, parende dan kerajinan motif deerah menjadi tema-tema yang diangkat dalam pembelajaran,” jelasnya.

Daya pikat lainnya adalah kemampuan siswa membuat testimoni yang terangkum dalam sebuah buku dan telah diterbitkan. Dewan Juri yang terdiri dari Dr. Otib Satibi Hidayat, M.Pd; Nuraeni, M.Si; Tarma, M.Pd; Angga Hadipurwa, M.Ikom; dan Adrian Iriana Prakasa, M.Pd., MM. memberikan nilai tertinggi sehingga mengantarkan wakil Sultra ini menjadi pemenang.

Editor: Sarini Ido

  • Bagikan