Maknai Kartu Kuning Zaadit Taqwa Secara Positif

  • Bagikan
Anco, S.Sos,.I.M.Pd (Mahasiswa Pascasarjana UNJ)

Oleh: Anco, S.Sos,.I.M.Pd (Mahasiswa Pascasarjana UNJ)

SULTRAKINI.COM: Akhir- akhir ini publik diramaikan dengan bentuk protes yang dilakukan oleh Presiden Mahasiswa Universitas Indonesia (UI) Zaadit taqwa, momen ini terjadi pada saat Bapak Presiden Jokowi widodo menghadiri Acara Dies Natalis Universitas Indonesia.

Menjelang sesi foto bersama, tiba- tiba seorang mahasiswa yang memakai baju batik lengan panjang meniup sempritan dan mengacungkan kartu kuning kepada Pak Jokowi, spontan keadaan ini membuat acara Dies natalis menjadi gaduh, kemudian dengan sigap pasukan pengamanan Presiden (PASPAMPRES) mengamankan Zaadit taqwa. Bentuk kritik yang dilakukan oleh Zaadit terbilang cukup unik dengan memberikan kartu kuning kepada Pak Presiden.

Biasanya kartu kuning hanya berlaku pada pertandingan sepak bola, jika ada pemain yang melakukan pelanggaran maka wasit akan memberikan kartu kuning kepada pemain tersebut. Zaadit menjelma menjadi seorang wasit dalam pemerintahan Jokowi-JK. Cara Zaadit untuk mengkritik pemerintah saat ini begitu fenomenal, tentunya banyak pihak yang pro dan kontra atas insiden ini, ada yang menganggap cara Zaadit tidak beretika, tapi sebagian kalangan meresponnya gerakan Zaadit dengan positif, langkah yang diambilnya begitu kreatif.

Mengingat bahwa mahasiswa mempunyai peran sebagai Agent of Change, mahasiswa bertindak bukan ibarat pahlawan yang datang kesebuah negeri lalu dengan gagahnya mengusir penjahat- penjahat dan dengan gagah pula sang pahlawan pergi dari daerah tersebut diiringi tepuk tangan penduduk setempat. Dalam artian mahasiswa tidak hanya menjadi penggagas perubahan, melainkan menjadi objek atau pelaku dari perubahan tersebut. Sikap kritis mahasiswa sering membuat perubahan besar dan membuat para pemimpin yang tidak berkompoten menjadi gerah dan cemas.

Sejarah telah membuktikan bahwa ditangan generasi mudalah perubahan- perubahan terjadi, mahasiswa telah berhasil melumpuhkan rezim orde baru dan membawa Indonesia kedalam satu era yang saat ini sedang bergulir, yaitu reformasi.

Langkah yang diambil Zaadit akan menjadi momen kebangkitan mahasiswa di era reformasi, mahasiswa seluruh Indonesia harus menjadi penyambung lidah rakyat, jika terjadi ketimpangan ataupun kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat. Mahasiswa tidak boleh menutup mata dengan penderitaan rakyat, seperti penderitaan yang saudara kita yang ada di Provinsi Papua Kabupaten Asmat yang mengalami campak dan gizi buruk.  Sebanyak 24 anak meninggal akibat kejadian luar biasa (KLB) campak disertai gizi buruk di Asmat dalam dalam empat bulan terakhir.

Jumlah masih terus didata oleh pemerintah kabupaten Asmat dan kemungkinan bisa bertambah. 12 balita tengah dirawat di Rumah Sakit Agats, badannya kurus dan kesehatannya labil. 

Korban meninggal dunia berasal dari Kampung Kapi sebanyak delapan orang, dari kampus As dan Kampung Atat ada 15 orang anak. Satu meninggal di Rumah Sakit Agats karena terlambat mendapat penanganan medis.

Menurut data kemensos saat ini masih 621 penderita campak di Kabupaten Asmat . Mayoritas penderita campak itu adalah kanak- kanak, sebanyak 11 di antaraanya penderita campak juga mengalami gizi buruk. Sementara itu, warga yang menderita gizi buruk ada 223 orang. Penderita campak terbanyak tercatat di Distrik Pulau Tiga, yakni sebanyak 123 jiwa. Ada 9 dari 23 distrik yang sama sekali tidak dapat penderita campak.  Sejauh ini  sudah ada 17. 337 vaksinasi anak yang dilakukan oleh pelayanan kesehatan dari pemda dan TNI. Seluruhnya 224 kampung yang terlayani.

Penderitaan rakyat papua sudah cukup lama, bukan baru terjadi saat ini, pemerintah punya kewajiban untuk melindungan dan menserahterakan warganya. Tentunya kita apresiasi pembangunan diera Kepemimpinan Jokowi-JK. Banyak terobosan pembangunan terutama pembangunan jalan dikawasan Indonesia timur, termaksud pembangunan infrastruktur di Papua. Kekayaan alam dipapua begitu melimpah, mulai dari tambang emas, sampai kekayaan alam lainnya.

Tapi kekayaan alam itu hanya dinikmati oleh Asing dan pemilik modal, bukan rakyat papua secara menyeluruh.

Beberapa Presiden Mahasiswa diundang di acara mata Najwa di Trans 7 yang bertajuk ‘KARTU KUNING JOKOWI’. Dalam acara tersebut, Presiden Mahasiswa UI Zaadit taqwa pun hadir. Selain mahasiswa juga hadir  Kepala Staf Presiden (KSP) Jenderal TNI (Purn) Moeldoko dan beberapa anggota Anggota DPR.

Ada dua poin penting yang dibahas di acara Mbak Najwa yakni terkait dengan gizi buruk di Kabupaten Asmat dan wacana dua petinggi Polri aktif yang akan menjadi Plt Gubernur Jawa Barat dan Sumatera Utara. Memang Masaalah Gizi buruk di Kab. Asmat dan Penempatan dua petinggi polri aktif menjadi PLT Gubernur lagi santer diberitakan diberbagai media tanah air. Berkaitan dengan wacana penempatan dua petinggi Polri yang akan mejadi PLT Gubernur Prov. Jawa Barat dan Prov. Sumatera Urata memang tak bisa menampik, spekulasi yang berkembang dimasyarakat bahwa syarat muatan politis,diketahui, diwilaya jawa barat terdapat jenderal polisi purnawirawan yang berlaga pada kontestasi  Pilkada 2018 untuk memperebutkan posisi Gubernur.

Namun Menteri Dalam Negeri Thajo kumolo mengatakan, mengatakan, Undang- Undang No 2 Tahun 2002 tentang Polri memungkinkan dua jenderal polisi bintang dua yang diusulkan jadi pejabat gubernur, mengisi kekosongan pemerintahan daerah.

Masalah Gizi buruk dan Penempatan dua petinggi Polri aktif untuk menjadi PLT Gunernur Prov. Jawa barat dan Prov. Sumatera Utara menjadi perhatian khusus buat mahasiswa.

Kritikan yang dilakukan oleh Zaadit taqwa harus di tanggapi positif oleh pemerintah. Mahasiswa tidak anti pemerintah, mahasiswa hanya mengingatkan dan memberi masukan terhadap pemerintah, Menurut penulis masukan dari mahasiswa sangat penting. Pemerintah jangan baper menaggapi berbagai kritikan dari Mahasiswa.

Penulis bepandangan Janji kemerdekaan ini akan terlunasi jika ada kerja kolektif baik dari Pemerintah, DPR, Masyarakat serta Mahasiswa. PEMERINTAH JANGAN ANTI KRITIK.

  • Bagikan