Mobil Gubernur Sultra Tergencet, Pengawal Menembak, Ini Kronologinya

  • Bagikan
Konferensi pers terkait kecelakaan yang dialami rombongan Gubernur Sultra, Ali Mazi, Selasa (10/12/2018). (Foto: Nur Cahaya/SULTRAKINI.COM)
Konferensi pers terkait kecelakaan yang dialami rombongan Gubernur Sultra, Ali Mazi, Selasa (10/12/2018). (Foto: Nur Cahaya/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Mobil Gubernur Sulawesi Tenggara tergencet mobil masyarakat. Tabrakan beruntunpun terjadi. Pengawal gubernur menghardik, menembak, lalu viral di media sosial. Kejadiannya Minggu (9 Desember 2018). Ini kronologis versi saksi yang ikut dalam iring-iringan rombongan gubernur.

Salah seorang saksi mata yang ikut dalam rombongan gubernur, Ilham Q Moehiddin selaku Biro Media Ali Mazi, mengaku tabrakan beruntun terjadi antara mobil rombongan Gubernur Sultra dan rombongan pengantar jemaah umrah di pertigaan Pasar Baruga-arah Bandara Haluoleo.

“Di perjalanan kami bertemu rombongan salah satu pengendaranya bernama Yayan yang membawa lebih dari sepuluh mobil yang turut dalam rombongan,” terang Ilham Q Moehiddin dalam konferensi pers di Kantor Gubernur Sultra, Selasa (11 Desember 2018).

Mobil patroli pengawal Gubernur Sultra meminta akses jalan, alih-alih memberikan jalan kepada gubernur-rombongan justru mengabaikan suara sirine dan klakson patroli pengawal.

“Karena permintaan untuk diberikan akses jalan sebelah kanan oleh patwal tak diindahkan, gubernur Sultra meminta rombonganya untuk bersabar,” lanjutnya.

Melihat kondisi jalur kiri padat dengan pejalan kaki dan kendaraan roda dua, patwal yang memimpin rombongan gubernur memutuskan masuk di sisi kanan mengikuti rombongan Yayan.

Selang beberapa detik, rombongan gubernur masuk di tengah rombongan jamaah umrah tersebut, namun terjadi pengereman mendadak yang dilakukan kendaraan paling depan dengan alasan ada kendaraan roda dua yang menyeberang tiba-tiba, akibatnya terjadi kecelakaan beruntun. Mobil gubernur tergencet di antara mobil rombongan jemaah umrah.

“Pengereman mendadak dalam kecepatan 60 km/jam dalam konvoi macam itu fatal sekali karena berada di tengah rombongan si Yayan, mobil patwal, mobil dinas gubernur Sultra, dan mobil lainnya ditabrak dari belakang oleh mobil anggota rombongan si Yayan, sebenarnya mobil patwal dan mobil gubernur serta pantup berhasil menghindari tabrakan dengan mobil di depannya berjarak satu meter, tetapi terjadi hantaman dari mobil rombongan Yayan yang berada di belakang sehingga terjadi kecelakaan,” ungkapnya.

Setelah tabrakan tersebut, pengawal tertutup gubernur Sultra memblokade kendaraan gubernur dan melihat kondisi gubernur Sultra, setelah memastikan kondisi Ali Mazi, mereka bergegas mencari sumber masalah.

Tanpa diduga, kendaraan Yayan langsung melaju meninggalkan lokasi kejadian, membuat pengawal tertutup marah dan terpaksa harus melepaskan satu kali tembakan peringatan ke udara untuk membuat kendaraan Yayan berhenti.

Oleh para pengawal tertutup, Yayan diminta bertanggung jawab. Namun yang bersangkutan menolaknya hingga berujung adu mulut dari kedua pihak.

“Setelah adu mulut, pantup (pengawal tertutup) segera menyita STNK dan SIM si pengendara untuk diproses lebih lanjut, diakui pemukulan sempat terjadi pada salah seorang teman si Yayan sebab dia berbicara seenaknya, memprovokasi dengan menyuruh agar rombongan mengacuhkan kejadian tersebut dan jalan kembali. ‘Sudah mi, nda usah digubris, kita jalan saja,” sambungnya menirukan ucapan itu.

Kalimat tersebut rupanya memancing emosi pantup yang seakan-akan tugas dan tanggung jawab mereka dilecehkan. Di titik ini, sesungguhnya, pantup bisa melakukan tindakan yang dianggap perlu demi keamanan kepala daerah, namun tidak dilakukan.

“Sebenarnya, dengan rombongan yang melebihi sepuluh mobil, menurutnya kesalahan justru terjadi pada rombongan jamaah umrah tersebut. Pasalnya rombongan tidak dikawal oleh polisi, padahal jika mereka mau minta, mereka bisa disediakan secara gratis untuk dikawal satu motor pengawalan,” jelasnya.

Pihak Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sultra melalui Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi, Kusnadi mengatakan, pengendara di jalan raya harus tahu dan memahami beberapa jenis kondisi ketika ada kendaraan yang harus memberi akses karena merupakan kendaraan prioritas.

“Ada lima jenis, ini disebut VVIP, yaitu ambulans, pemadam kebakaran, kepala negara, kepala daerah, dan tamu negara, sehingga masyarakat pengguna jalan diminta pengertian untuk memberi jalan atau akses kepada kendaraan atau rombongan tersebut. Namun sangat disayangkan saat kejadian rombongan si Yayan tidak memberi akses jalan,” ucap Kusnadi.

Ditanya soal adanya pelaporan kekerasan oleh pengawal gubernur Sultra pada saat kejadian, Kusnadi justru mempersilahkan sebab pihak berwajib menyediakan ruang untuk masyarakat ketika merasa dirugikan.

“Kami siap menanggapi laporan dan jika perlu dilakukan olah TKP agar tidak terjadi simpang siur informasi yang memberatkan salah satu pihak. Dan tentunya kami akan melakukan evaluasi agar kejadian tersebut tidak menimpa kepala daerah Sultra lagi,” ujarnya.

Laporan: Nur Cahaya
Editor: Sarini Ido

  • Bagikan