Generasi Dalam Kubangan Teknologi

  • Bagikan
Oleh : Masni., S.Pd (Guru bahasa Arab MAN 1 Konawe Selatan/Member of AMK).Foto:ist

KIKI do you love me? Are you riding? Say you’ll never ever leave from beside me. ‘Cause I want ya, and I need ya. And I’m down for you always. Begitulah sepotong lyric dari lagu bertajuk In My Feelings yang dinyanyikan oleh Drake penyanyi berusia 31 tahun asal Kanada. Lagu ini dijadikan sebagai backsound dari #KikiChallenge yang saat ini sedang digandrungi oleh banyak kalangan, mulai dari anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Tantangan Kiki challenge dianggap sebagai sesuatu yang menarik karena menampilakan aksi dance yang tidak biasa. Jika sebelumnya aplikasi Tik Tok identik dengan para penggunanya yang kerap melakukan goyang dua jari didepan layar kamera saja, maka goyang Kiki Challenge dilakukan dengan cara berjalan di samping mobil yang melaju secara perlahan. Dan hal itu biasa dilakukan di jalanan.

Tidak hanya Kiki Challenge, kini ada tantangan yang tidak kalah berbahaya yang tersebar di WhatsApp bernama Momo Challenge. Tantangan ini diperuntukan untuk gadis berusia 12 tahun. Mengapa Momo Challenge dianggap sebagai tantangan yang berbahaya? Sebab tantangan ini mengajak seseorang untuk melakukan bunuh diri. Lalu dimana letak bahaya dari Kiki Challenge? Karena Kiki Challenge adalah tantangan dance yang biasa dilakukan di jalanan, tentu hal ini dapat memicu terjadinya kecelakaan.

Kiki Challenge dan Momo Challenge hanyalah dua dari sekian tantangan yang pernah ada. Sebelumnya, sudah ada tantangan-tantangan bernama Skip Challenge (tantangan yang dilakukan dengan cara menekan dada sampai tak sadarkan diri), Cinnamon Challenge (menelan satu sendok bubuk kayu manis tanpa minum air), Eraser Challenge (tantangan menggosok  penghapus pensil pada kulit lengan sekeras dan secepat mungkin sambil berkata sesuatu yang mengakibatkan kulit lecet akibat luka bakar) dan chalenge-challenge sejenisnya. Tentu semua tantangan itu amatlah berbahaya sebab tidak hanya menyakiti diri sendiri bahkan samapi berujung pada hilangnya nyawa.

Generasi Pelopor bukan Pengekor

Merupakan suatu fakta yang tak terbantahkan jika kenyataan menunjukkan bahwa generasi masa kini notabenenya adalah generasi pembebek. Ya, seperti sekumpulan anak bebek yang berjalan dengan cara berbaris, anak-anak bebek tersebut akan berjalan mengikuti kemanapun arah induknya pergi. Begitulah gambaran dari kehidupan remaja zaman ini. Mudah meniru hal-hal baru tanpa mempertimbangkan dampak positif atau negatif yang akan ditimbulkan dikemudian hari.

Jika sebagian masyarakat meresahkan wabah campak dan rubella maka tak ada bedanya dengan Kiki Challenge yang telah berubah wujud bak wabah penyakit berbahaya. Sekilas kita menyaksikan fenomena ini adalah fenomena yang biasa. Sebab apa yang mereka tampilkan dianggap sebagai suatu karya. Mereka bangga jika aksinya dapat dilihat oleh ribuan bahkan jutaan  pasang mata. Sehingga tujuan dari perbuatan mereka hanya untuk meraup pujian manusia.

Inilah orientasi suatu perbuatan yang jika hanya dilakukan karena berdasarkan kesenangan. Jaminan kebebasan berekspresi yang dilindungi menghasilkan tingkah polah yang kebablasan. Terkikisnya moral bahkan hilangnya rasa malu tidak lagi menjadi sesuatu yang patut direnungkan. Padahal, kemajuan dan perkembangan bahkan nasib suatu bangsa ditentukan oleh generasi sekarang. Bagaimana jadinya jika generasi hari ini adalah generasi ikut-ikutan. Setiap mereka digempur oleh budaya yang bukan berasal dari agamanya mereka tetap lakukan tanpa harus mempertimbangkan apakah itu merupakan kebermanfaatan atau kemudharatan.

Generasi Islam, Generasi Dambaan.

Islam memposisikan peran remaja sebagai tonggak kebangkitan. Ditengah-tengah rusaknya pergaulan akibat tidak diterapkannya sistem Islam, remaja seharusnya memiliki kemampuan controlling dan pandai membawa diri dimanapun ia berada. Sesuai yang disabdakan oleh Rasulullah Saw. dalam sebuah hadits yang artinya, “Bertakwalah dimanapun kamu berada”.

Tidak hanya itu, generasi dambaan yang mampu membawa perubahan adalah mereka yang mampu mengembangkan sikap konsisten, disiplin dan bertanggung jawab terhadap semua tugas yang diemban sehingga ia dapat mempersiapkan masa depan yang gemilang. Mengembangkan kemampuan diri untuk mencapai prestasi atau kematangan diri sehingga memiliki kemampuan dan modal yang cukup untuk menyongsong masa depan. Juga tidak mudah larut dalam kesenangan yang melenakan, karena kebiasaan ini hanya akan mengalihkan remaja dari mencapai tujuan. Tentu semua itu hanya dapat dilakukan jika peraturan Islam diterapkan. Sebab, hanya Islam yang mampu menjaga citra remaja yang agung nan mulia. Maka sudah menjadi kewajiban bagi setiap remaja untuk memperjuangkan Islam agar dapat diterapakan dalam seluruh aspek kehidupan.

Sudah menjadi suatu keharusan bagi remaja agar kembali pada jati diri mereka dan menjadi sebaik-baik generasi. Jati dari yang sesungguhnya adalah menjadi muslim yang beriman dan bertakwa. Memberi sumbangsi pemikiran dan perbuatan untuk membangun kembali peradaban Islam yang gemilang dengan cara berdakwah bi lisan bi ihsan. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam surat Ali Imran ayat 110 yang artinya, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”.

Allahu a’lam bisshawwab.

 

Oleh : Masni., S.Pd (Guru bahasa Arab MAN 1 Konawe Selatan/Member of AMK)

  • Bagikan