Pemkot Kendari-BI Bentuk Kelompok Tani dan Nelayan Sadar Inflasi

  • Bagikan
Penanaman tanaman tomat tanda launching program Mas Kendari oleh Pemkot Kendari bersama BI Sultra, Rabu (26/9/2018). (Foto: Rifin/SULTRAKINI.COM)
Penanaman tanaman tomat tanda launching program Mas Kendari oleh Pemkot Kendari bersama BI Sultra, Rabu (26/9/2018). (Foto: Rifin/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Pemerintah Kota Kendari bersama Bank Indonesia Sulawesi Tenggara (Sultra), bersinergi menekan inflasi di Kota Kendari. Sektor pertanian dan sektor perikanan menjadi fokus kerja, sebab keduanya berpengaruh besar terhadap inflasi.

Kota Kendari merupakan ibu kota Provinsi Sultra yang berefek besar atas rendah tingginya inflasi di Sultra. Menurut Pelaksana Tugas Wali Kota Kendari, Sulkarnain, 70 persen inflasi di Sultra ditentukan Kota Kendari, sehingga penting bagi Pemkot menjaga komunikasi dan koordinasi bersama BI sebagai penanggungjawab fiskal di Sultra.

Sektor Pertanian

Beranjak dari wilayah setempat, sektor pertanian sebagai penyumbang inflasi akan ditekan BI bersama Pemkot melalui program Mas Kendari. Program ditargetkan menyadarkan masyarakat bagaimana memanfaatkan pekarangan rumah untuk ditanami sayur mayur atau tanaman hortikultura. Program ini pula resmi dilaunching dan telah membentuk 11 kelompok budidaya tanaman hortikultura di sejumlah kelurahan setempat.

“Tanaman yang khusus ditanam cabai, tomat, bayam, sawi, dan kangkung yang selama ini menjadi penyebab inflasi di Kota Kendari,” terang Kepala BI Sultra, Minot Purwahono, Rabu (26/9/2018).

Hasil budidaya tentunya kembali ke masyarakatnya, artinya mereka bisa mengkonsumsi hasil tanaman tersebut. Masyarakat juga memiliki sumber penghasilan baru dari program itu. Bahkan agar program terus meningkat, instansi terkait lingkup Pemkot akan membantu pengembangan program Mas Kendari. Serta Pemkot akan bertanggungjawab atas pemasaran hasil tanaman.

“Kami akan tetap memberikan bantuan kepada kelompok usaha tani. Kami berharap kedepan bisa mengendalikan inflasi,” ujar Minot.

Bicara pemasaran, Sulkarnain mengaku, Pemkot akan menampung seluruh hasil produksi kalau perlu kata dia, swalayan khusus produk pertanian masyarakat akan dibangun pihaknya. Kedepannya juga, Pemkot bakal mengadakan event kelompok tani binaan untuk memacu keinginan serta semangat masyarakat menjaga dan merawat tanamannya.

“Pemkot bertanggungjawab menampung seluruh hasil produksi dari masyarakat. Saya berjanji kalau perlu kita bikin swalayan khusus untuk hasil produksi dari kelompok tani,” jelas Sulkarnain.

Kelompok tani hingga kini terbentuk di Kecamatan Nambo, Abeli, Poasia, Kambu, Baruga, Wuawua, Kadia, Puuwatu, Mandonga, Kendari Barat, dan Kecamatan Kendari.

Program ini sengaja digenjot karena berpeluang meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga, selain dimaksudkan menekan inflasi.

“Program ini juga akan dilaksanakan oleh 65 kelurahan lainnya sehingga seluruh kelurahan akan berpartisipasi. Diharapkan masyarakat Kendari tergerak untuk turut berkontribusi dalam pengendalian inflasi daerah,” tambahnya.

Foto bersama usai penandatangan MoU pihak Pemkot Kendari bersama BI Sultra, Rabu (26/9/2018). (Foto: Rifin/SULTRAKINI.COM)
Foto bersama usai penandatangan MoU pihak Pemkot Kendari bersama BI Sultra, Rabu (26/9/2018). (Foto: Rifin/SULTRAKINI.COM)

Sektor Perikanan

Seperti halnya sektor pertanian, BI dan Pemkot juga menaruh perhatian di sektor perikanan sebab mempunyai dampak peningkatan inflasi.

Harga komoditi ikan serta sayuran terutama pada saat musim global tinggi sering memicu tingginya inflasi. Melalui memorandum of understanding (MoU) antara BI dan Pemkot akan mengupayakan produktivitas tangkapan nelayan.
Pembentukan kelompok pada pengembangan sektor perikanan merupakan modal awal menjadikan nelayan sebagai kelompok mandiri, tidak ketergantungan lagi pada kelompok besar yang menguasai pasar. Misalnya, diupayakan nelayan dimodali dan difasilitasi hasil tangkapnya agar bisa diserap pasar.

Sulkarnain menambahkan, selama ini masalah dihadapi nelayan, yaitu mereka ketergantungan dengan kelompok-kelompok tertentu yang menguasai pasar dan pemilik modal, sejak awal modal bahan bakar sudah pinjam sehingga tidak ada pilihan lain melepas tangkapannya selain kepemilik modal.

“Nelayan kita masih ketergatungan pada kelompok penguasa pasar. Target tiga tahun kedepan, kelompok ini bisa mandiri dan membentuk kelompok yang lain sehingga memiliki posisi kuat dalam menguasai pasar,” tambahnya.

Laporan: Rifin
Editor: Sarini Ido

  • Bagikan