Update Kondisi Sektor Jasa Keuangan RI di Tengah Covid-19

  • Bagikan
Kepala OJK Sultra, Mohmmad Fredly Nasution. (Foto: Wa Rifin/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai stabilitas sektor jasa keuangan sampai Maret 2020 masih dalam kondisi terjaga dengan intermediasi sektor jasa keuangan masih membukukan kinerja positif dan profil risiko industri jasa keuangan tetap terkendali, meski perekonomian tertekan akibat wabah Covid-19 di banyak negara.

Kepala OJK Sulawesi Tenggara, Mohammad Fredly Nasution, meyampaikan sejak Februari lalu pihaknya mengeluarkan berbagai kebijakan stimulus perekonomian di sektor perbankan, pasar modal, dan industri keuangan non-bank.

Deratan kebijakan stimulus ini diharapkan menjadi countercyclical dampak penyebaran Covid-19 sehingga mendorong optimalisasi kinerja industri jasa keuangan, khususnya fungsi intermediasi, menjaga stabilitas sistem keuangan, dan mendukung pertumbuhan ekonomi.

“OJK senantiasa memantau perkembangan ekonomi global yang sangat dinamis dan berupaya terus memitigasi potensi risiko yang ada terhadap kinerja sektor jasa keuangan domestik,” kata Fredly, Jumat (27/3/2020).

Kondisi perekonomian global diperkirakan akan terkontraksi cukup dalam pada semester 1 tahun 2020 dan mulai kembali pulih pada semester 2 tahun 2020 seiring dengan wabah virus corona yang meningkat, khususnya di luar Tiongkok.

Namun demikian, kata dia, pulihnya perekonomian global akan sangat bergantung pada berakhirnya wabah Covid-19a di tataran global.

Selain itu, dari sisi global perekonomian AS dan Eropa diprediksi akan terkontraksi pada Q2-2020 mengingat penyebaran Covid-19 di AS dan Eropa baru akan mencapai puncaknya pada April dan Mei. Sedangkan perekonomian Tiongkok diprediksi membaik pada Q2-2020 sejalan dengan mulai melambatnya penyebaran Covid-19 di Tiongkok.

“Besarnya sentimen negatif terkait penyebaran virus Corona baik secara global maupun perkembangan di Indonesia mempengaruhi kinerja sektor jasa keuangan domestik, khususnya di pasar keuangan, baik pasar saham maupun SBN,” ujar Fredly.

Sejak awal Maret 2020 sampai 24 Maret 2020, investor nonresiden tercatat keluar dari pasar saham dan SBN masing-masing sebesar Rp 6,11 triliun dan Rp 98,28 triliun (data DJPPR: 23 Maret 2020).

Kondisi tersebut membuat pasar saham melemah signifikan sebesar 27,79 persen mtd atau 37,49 persen ytd menjadi 3.937,6 diikuti dengan pelemahan di pasar SBN dengan yield yang rata-rata naik sebesar 118,8 bps mtd atau 95bps ytd.

“Pelemahan ini disebabkan pada kekhawatiran investor terhadap virus corona yang akan berdampak pada kinerja emiten di Indonesia,” ucapnya.

Sementara itu, kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan Februari 2020 bergerak sejalan dengan perkembangan yang terjadi di perekonomian domestik.

Kredit perbankan mencatat pertumbuhan positif sebesar 5,93 persen yoy, ditopang oleh kredit investasi yang tetap tumbuh double digit di level 10,29 persen yoy. Piutang pembiayaan Perusahaan Pembiayaan meningkat 2,82 persen yoy.

Di tengah pertumbuhan intermediasi lembaga jasa keuangan, profil risiko masih terjaga dengan rasio NPL gross sebesar 2,79 persen (NPL net: 1,00 persen) dan rasio NPF sebesar 2,66 persen.

Dari sisi penghimpunan dana, Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tumbuh sebesar 6,80 persen yoy, lebih tinggi dari pertumbuhan kredit. Selain itu, sepanjang Februari 2020, industri asuransi berhasil menghimpun premi sebesar Rp 46,5 triliun dan tumbuh sebesar 4,73 persen yoy.

“Sampai dengan 24 Maret 2020, penghimpunan dana melalui pasar modal mencapai Rp 21,55 triliun. Adapun jumlah emiten baru pada tahun ini-terdapat 13 perusahaan dengan pipeline penawaran sebanyak 61 emiten dengan total indikasi penawaran sebesar Rp 28,8 triliun,” tambahnya.

Risiko nilai tukar perbankan berada pada level yang rendah pada Februari 2020, dengan rasio Posisi Devisa Neto (PDN) sebesar 2,35 persen, jauh di bawah ambang batas ketentuan sebesar 20 persen.

Sementara likuiditas dan permodalan perbankan berada pada level yang memadai. Liquidity coverage ratio dan rasio alat likuid/non-core deposit masing-masing sebesar 212,30 persen dan 108,12 persen, jauh di atas threshold masing-masing sebesar 100 persen dan 50 persen.

Permodalan lembaga jasa keuangan terjaga stabil pada level yang tinggi. Capital Adequacy Ratio perbankan sebesar 22,42 persen. Sejalan dengan itu, Risk-Based Capital industri asuransi jiwa dan asuransi umum masing-masing sebesar 670 persen dan 312 persen, jauh di atas ambang batas ketentuan sebesar 120 persen.

Laporan: Wa Rifin
Editor: Sarini Ido

  • Bagikan