Mahasiswa Lowulowu akan Terbitkan Buku “Sejarah dan Pembangunan”

  • Bagikan
Panitia foto bersama usai gelar FGD di Balai Desa Kolese, Sabtu (8 Juni 2019).
Panitia foto bersama usai gelar FGD di Balai Desa Kolese, Sabtu (8 Juni 2019).

SULTRAKINI.COM: Sekretaris Kota Baubau Roni Muhtar mengapresiasi positif kegiatan fokus grup diskusi yang dilakukan Himpunan Pemuda Pelajar Mahasiswa Lowulowu Kolese (HIPPMA LK) Jakarta di Kantor Kelurahan Kolese, Kota Baubau, Sabtu (8 Juni 2019).

“Kita sangat mengapresiasi kegiatan seperti ini,” kata Roni saat membuka kegiatan tersebut.

Dia berharap kegiatan positif seperti itu dapat berkelanjutan dan menjadi contoh bagi generasi muda lainnya di Kota Baubau.

Diskusi yang berlangsung setengah hari itu, selain dihadiri Roni, juga menghadirkan pembicara dari akademisi diantaranya adalah Antropolog Unhas Dr Tasrifin Tahara, serta tokoh-tokoh masyarakat setempat, seperti Baniu (anggota DPRD Kota Baubau terpilih).

Dalam FGD terungkap antara lain sejarah awal berdirinya daerah tersebut yang hingga kini masih kabur.

Menurut peneliti bahasa dari Kantor bahasa Maluku, Herlin, nama Lowulowu berhubungan dengan nama Luwu di Sulawesi Selatan. Salah seorang raja Buton pernah meminta bantuan dari kerajaan Sawerigading untuk mengirimkan ahli pertanian di Buton guna mengajarkan cara bercocok tanam di wilayah Buton. Ahli-ahli pertanian ini lalu ditempatkan di sebuah daerah pinggiran yang kemudian bernama Lowulowu.

Namun, masih kata Herlin, ada juga versi lain bahwa kemungkinan masyarakat Lowulowu merupakan migran dari daerah Lowulowu yang berada di sekitar Lombe (Buton Tengah) dalam Pulau Muna. Orang Lowulowu menggunakan bahasa Muna namun berbeda dialek dengan bahasa Muna kebanyakan.

Selain sejarah, berbagai perspektif diuangkap dalam forum tersebut, baik dari perspektif pendidikan, kesehatan, budaya, dan lainnya.

Pemimpin Redaksi SultraKini.com, M Djufri Rachim, mendapatkan kehormatan ikut berbicara dalam forum tersebut. Ia menekankan bagaimana membangun ekonomi di daerah tersebut berdasarkan potensi yang ada, utamanya potensi pariwisata, dengan satu hal yang harus menjadi jaminan yakni keamanan daerah tersebut.

Menurut Djufri, keamanan suatu daerah dewasa ini akan sangat mudah terganggu oleh sebaran informasi melalui media sosial.

“Informasi hoaks sangat mudah memicu konflik di masyarakat, sehingga harus bijak menyikapinya. Kalau ada perselisihan kecil di masyarakat, katakanlah di lapangan sepak bola, ya tidak perlu disebar-sebar atau dibesar-besarkan di media sosial karena informasi itu akan muda menyulut pihak lain,” jelasnya.

Tokoh pemuda Lowulowu Kolese, Muni Ika bertindak sebagai moderator pada kegiatan tersebut.

Tokoh pemuda lainnya Aramudin menjelaskan hasil FGD tersebut akan dirumuskan dan diterbitkan dalam bentuk buku sehingga menjadi referensi bagi masyarakat setempat.

Laporan: Shen Keanu

  • Bagikan