Kritik Tajam Aktivis terhadap Kepemimpinan Bupati Haliana di Refleksi Dua Dekade Wakatobi

  • Bagikan
Salah seorang peserta menyampaikan kritik dab gagasan pada dialog memperingati 20 tahun Wakatobi. Foto: Amran?SultraKini.com
Salah seorang peserta menyampaikan kritik dab gagasan pada dialog memperingati 20 tahun Wakatobi. Foto: Amran?SultraKini.com

SULTRAKINI.COM: Dalam sebuah dialog yang diselenggarakan oleh Majelis Daerah Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (MD KAHMI) Wakatobi, sejumlah aktivis secara terbuka mengkritisi kebijakan Bupati Wakatobi, Haliana.

Dialog yang mengangkat tema “Refleksi 20 Tahun Wakatobi Menuju Indonesia Emas 2045” berlangsung Minggu (17 Desember 2023) dihadiri oleh tokoh penting seperti H. Hamiruddin, Ketua DPRD Wakatobi, Nadar, Sekretaris Daerah Wakatobi yang mewakili Bupati, serta akademisi terkemuka La Ode Taalami dan Sumiman Udu. Kehadiran perwakilan dari Polres Wakatobi, tokoh adat, pengurus partai politik, advokat, serta pengurus organisasi kemahasiswaan dan kepemudaan menambah berat diskusi ini.

Dariono, seorang aktivis terkemuka dari Wakatobi, mengecam keras pemerintahan Haliana yang telah memenjarakan dua wartawan dan beberapa aktivis, termasuk seorang guru, hanya karena mengkritisi kebijakannya. Ini menandai periode paling gelap dalam sejarah demokrasi Wakatobi selama dua dekade terakhir.

“Kami mengalami kemunduran demokrasi yang signifikan di bawah kepemimpinan Haliana,” ujar Dariono. “Ketika Hugua dan Arhawi memimpin, kritik dan demonstrasi dihadapi tanpa penjara, berbeda dengan sekarang.”

Kritik serupa juga datang dari Kurniawan, Ketua GMNI Wakatobi, yang menyoroti penjaraan aktivis sebagai pelanggaran terhadap prinsip demokrasi. Ia juga menekankan diskriminasi yang dihadapi oleh masyarakat Mola (suku Bajo) dan minimnya perhatian pemerintah terhadap pendidikan di wilayah tersebut.

Usman Baga, tokoh adat setempat, dan Herlianto, Ketua KNPI Wakatobi, mengungkapkan kekecewaan mereka terhadap kurangnya etika dan komunikasi politik dalam pemerintahan saat ini, serta menyoroti kondisi ekonomi yang lesu di Wakatobi.

Sementara itu, Nadar, Sekda Wakatobi, menyatakan bahwa kritik tersebut merupakan bentuk cinta dan kepedulian masyarakat terhadap Wakatobi. Ia menegaskan bahwa pembangunan di Wakatobi, termasuk proyek Kawasan Strategi Pariwisata Nasional (KSPN), merupakan hasil kerja keras para pemimpin sebelumnya serta Bupati Haliana.

Hasriadin, Presidium MD KAHMI Wakatobi, mengkritik Bupati Haliana karena sering “curhat” kepada masyarakat tentang masalah daerah.

“Kami membutuhkan pemimpin yang kuat, bukan yang mengeluhkan masalah kepada rakyat,” tegas Hasriadin.

Pertemuan ini berakhir dengan komitmen bersama untuk terus mengawasi dan mengevaluasi perkembangan Wakatobi, agar dapat mencapai visi Indonesia Emas 2045.

Laporan: Amran Mustar Ode

  • Bagikan