Empat Tahun Pimpin Butur, Abu Hasan-Ramadio Ukir Terobosan di Segala Sektor Pembangunan

  • Bagikan
Bupati Butur, Abu Hasan dalam Expose empat tahun pencapaian membangun daerah. (Foto: Ardian Saban/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: BUTON UTARA – Masa kepemimpinan pasangan Bupati dan Wakil Bupati Buton Utara, Abu Hasan dan Ramadio memasuki empat tahun, usai dilantik pada 17 Februari 2016. Sejumlah karya dan terobosan pimpinan daerah berakronim ABR ini diwujudkan untuk mengangkat potensi di segala sektor pembangunan yang dimiliki wilayah Butur, Sulawesi Tenggara.

Empat tahun kepemimpinan ABR diusung dalam Expose bertemakan Sumber Daya Manusia Unggul Buton Utara Maju dan Sejahtera di Gedung Islamic Center Minaminaga, Butur, Senin (17/2/2020).

Beragam sektor pembangunan di wilayah Lipu Tinadekono Sara atau daerah yang terbentuk dari budaya tersebut dikembangkan Abu Hasan dan Ramadio, misalnya infrastruktur, kesehatan, pertanian, dan perikanan.

Selama masa kepemimpinannya, Abu Hasan dan Ramadio terus menggenjot salah satunya sektor pertanian pembangunan dengan menyalurkan bibit padi organik dan distribusi alat pertanian kepada petani.

Kembangkan komoditas unggulan berbasis industri

Abu Hasan dan Ramadio terus mengembangkan komoditas unggulan berbasis industri, yakni kelapa, padi lokal organik, jambu mete, dan rumput laut.

Tidak hanya fokus pada peningkatan produktivitas dengan menyalurkan berbagai bantuan bibit dan pupuk, hingga saran dan prasarana lainnya, kepala daerah ini berupaya mendorong pengembangan pertanian berbasis industri untuk nilai ekonomi yang lebih baik.

Padi lokal organik misalnya, Pemda menyalurkan mesin penggilingan untuk petani di Kecamatan Kulisusu Barat. Begitu juga komoditas jambu mete yang diolah dan dibuat dalam bentuk kemasan.

Pemda juga ikut mengembangkan komoditas kelapa. Bahkan, pihak Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi RI bersama PT INACOM turun mensosialisasikan pengembangan dan pemasaran kopra putih di Butur.

Diterangkan Direktorat Pengembangan Ekonomi Lokal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Grace Meyanti Putri, kementerian tengah fokus pada pengembangan kualitas kopra sejak 2018. Tidak hanya memperhatikan pascapanen, tapi sampai ke pemasarannya. Pihaknya juga menggandeng para startup seperti PT INACOM untuk membantu peningkatan perekonomian lokal yang dimiliki masing-masing daerah, salah satunya wilayah Butur.

“Sekarang kami fokus memberikan bantuan alat kopra,” ujarnya.

Abu Hasan mengatakan, Butur merupakan salah satu daerah perkebunan dengan hasil kopranya yang melimpah dari ujung Butur bagian selatan hingga ujung Butur bagian Utara.

“Selama ini nilai kelapa kita jual dalam bentuk butiran, butiran pun harganya naik-turun, pembelinya juga terbatas,” ujarnya.

Hadirkan pabrik pakan ternak dan perhatian di sektor pertanian

Di sektor peternakan, Bupati Butur, Abu Hasan meresmikan pabrik pengolahan pakan ternak unggas dan penyerahan bantuan di Desa Karya Bhakti, Kecamatan Kulisusu Barat pada Rabu (29 Januari 2020).

(Baca juga: Pabrik Es Curah Dioperasikan, Nelayan Butur Diharapkan Tak Kesulitan Lagi Awetkan Ikan)

Peresmian pabrik unggas di Kabupaten Butur. (Foto: Ardian Saban/SULTRAKINI.COM)

Pabrik ini hadir untuk membantu kebutuhan dan pasokan pakan ternak di wilayah Butur. Pabrik ini juga ditargetkan akan memproduksi pakan ternak dengan kapasitas produksi 250 kilogram per hari.

Peresmiannya sendiri, turut hadir Ketua Tim Penggerak PKK Butur, Sitti Rabiah Abu Hasan dan jajaran organisasi perangkat daerah.

Disampaikan Abu Hasan, pabrik pengolahan pakan ternak itu ditargetkan ikut mengangkat kesejahteraan masyarakat setempat. Apalagi yang digadang-gadang adalah pakan yang sehat, bergizi, dan tentunya aman. Di satu sisi, Butur dicanangkan menjadi salah satu daerah di Provinsi Sultra sebagai kabupaten organik.

Pemda juga akan terus berupaya memberikan perhatian kepada masyarakat desa melalui pembangunan pabrik yang menjadi kebutuhan petani dan peternak. Terlebih, kata bupati, terdapat bantuan pabrik pupuk organik dari Bank Indonesia.

“Saat ini Butur punya pabrik pupuk organik, saya kira ini yang pertama di Sulawesi Tenggara bantuan langsung dari Bank Indonesia,” kata Abu Hasan.

“Kalau sektor pertanian sudah kita garap selama bertahun-tahun, tentunya masih banyak yang kita kerjakan ke depan, banyak yang hal harus kita sinergikan antara pemerintah kabupaten, kecamatan, maupun desa, banyak dukungan dan partisipasi yang kita harapkan dari seluruh masyarakat petani kita, tapi lagi-lagi kita tidak hanya fokus pada pertanian, peternakan pun kita memberikan perhatian,” sambungnya.

Sektor perikanan

Terobosan di bidang perikanan dilakukan Pemda Butur berupa pengadaan pabrik es curah berkapasitas besar yang mampu memproduksi sampai lima ton per hari.

Pabrik es di Kabupaten Butur. (Foto: Ist)

Bupati Butur, Abu Hasan, membuktikan janjinya untuk membangun pabrik es tersebut sekaligus memenuhi keluhan masyarakat nelayan yang sangat sulit mendapatkan es sebagai pengawet ikan hasil tangkapan mereka.

Apalagi memang saat ini Kabupaten Butur dikenal sebagai daerah yang memiliki potensi hasil laut cukup besar di Provinsi Sultra yang menyuplai ikan di beberapa daerah lainnya.

“Saya kira wajib adakan pabrik es ini agar nelayan tidak kesusahan lagi mendapatkan es untuk mengawetkan hasil ikan yang ada di sini,” ucapnya.

Beroperasinya pabrik es curah tersebut, memudahkan nelayan mendapatkan es guna mengawetkan hasil perikanan yang ada apalagi mencapai lima ton per hari. Sebab, nelayan selama ini hanya mengandalkan es batu plastik kecil produksi rumahan.

Sektor infrastruktur

Desa Langere di Kecamatan Bonegunu, Kabupaten Butur pernah terisolir dengan akses darat. Masyarakat setempat hanya mengandalkan jalur laut untuk menuju ke kabupaten. Jalur darat yang selama ini masyarakat impikan akhirnya terujud usai Abu Hasan bersama rombongan memantau pembukaan akses menuju Desa Langere.

Kini, masyarakat Desa Langere bisa melalui akses darat Ereke ke Bonegunu menggunakan roda dua ataupun roda empat. Jalan darat ini terus dilakukan peningkatannya secara bertahap.

(Baca juga: Jalur Darat Desa Terisolir Di Butur Mulai Dibangun, Warga Mengaku Bahagia)

Pembukaan jalan di Desa Langere, Kabupaten Butur. (Foto: Ist)

Sebelum pembukaan jalan darat itu, masyarakat kesulitan berinterasi dengan masyarakat di daerah sekitarnya. Akibatnya, jalur ekonomi pun ikut melemah. Belum lagi melihat potensi hasil kelautan dan perikanan di wilayah Langere, berupa ikan, udang, rumput laut, kepiting, dan kerang.

“Ini mungkin jodoh saya dengan pak Wawan (Kepala Dinas PUPR Butur) karena di era saya dan beliau kita bisa bangun jalan ini dan kita kerja sampai tuntas, sampai ini menjadi jalan yang layak untuk dilintasi masyarakat bukan hanya menggunakan roda empat tapi menggunakan roda dua,” kata bupati Butur.

“Sekarang saya kira gairah masyarakat untuk meningkatkan produktivitas akan semakin kuat karena mereka punya pilihan-pilihan alternatif untuk memasarkan hasil produksi mereka,” sambungnya.

Sementara akses jalan Langere-Tanah Merah sepertinya menggunakan jembatan mengingat wilayah ini menjadi sumber air bersih bagi masyarakat di Desa Langere.

“Tanah Merah (wilayah) ini airnya tidak pernah kering,” tambah Abu Hasan.

Sektor kesehatan

Tidak hanya mengandalkan program Jaminan Kesehatan Nasional dengan Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) dari pemerintah pusat. Pemda Butur juga menyiapkan dana miliaran rupiah untuk membiayai masyarakatnya yang tidak masuk dalam segmen Penerima Bantuan Iuran dalam program JKN.

Kepala Dinas Kesehatan Butur, Muhamad Kasrul, menjelaskan Pemda Butur mengucurkan dana enam miliar rupiah untuk premi ke BPJS Kesehatan pada 2019. Sedangkan anggaran dengan jumlah yang sama sudah disiapkan pada 2020.

“Untuk kesiapan anggaran, sudah. Enam miliar di 2020 sama dengan tahun 2019,” jelasnya.

Tak hanya mengandalkan subsidi iuran BPJS, peningkatan mutu layanan kesehatan menjadi fokus perhatian era pemerintahan Abu Hasan dan Ramadio.

Sarana dan prasarana puskesmas dan RSUD dibenahi secara bertahap, termasuk penempatan tenaga kesehatan. Tidak heran, sejumlah fasilitas kesehatan di Butur kini terkareditasi. Satu di antaranya adalah Puskesmas Bone Rombo meraih akreditasi utama.

Bangun sinergi dengan kepolisian

Dalam mewujudkan Butur Aman, peran Polres dan Kodim Butur ikut membangun sinergitas bersama pemda.

Misalnya, Polda Sultra memberikan penghargaan kepada Bupati Butur, Abu Hasan atas aprestasinya membantu dalam operasional pendirian Mapolres Butur. Penghargaan ini diberikan setelah pelantikan Kapolres Butur, AKBP Wasis Santoso oleh Kapolda Sultra Brigjen Pol Merdisyam pada Januari 2020.

Abu Hasan tidak lupa mengucapkan terima kasih atas apresiasi yang diberikan lembaga kepolisian Sultra, khususnya untuk masyarakat dan pemda dalam rangka penegakan hukum dan pelayanan masyarakat.

Bupati Butur, Abu Hasan terima penghargaan atas terbentuknya Mapolres Butur. (Foto Ardian Saban/SULTRAKINI.COM)

Hadirnya Mapolres Butur juga dianggap jawaban kongkrit dari kepolisian RI dalam rangka meningkatkan sinergitas penyelenggaraan pemerintahan daerah, khususnya di wilayah Butur.

“Adanya polres saya punya satu lagi teman diskusi dalam rangka menata pemerintah di daerah baik dari sisi pembangunan, bermasyarakat maupun pemerintahan itu sendiri,” ujar Abu Hasan.

(Baca juga: Mapolres Buton Utara Diresmikan, Ini Pesan Kapolda Sultra)

Mapolres Butur membawahi empat polsek yang tersebar di enam kecamatan di Kabupaten Butur, yaitu Polsek Kulisusu, Polsek Kulisusu Barat, Polsek Bonegunu, dan Polsek Wakorumba Utara.

Festival Bharata Kulisusu

Dalam mewujudkan Butur Berbudaya, Abu Hasan-Ramadio sukses mengelar Festival Bharata Kulisusu pada Agustus 2019. Serta menjadikan Butur sebagai tujuan Wonderful Sail to Indonesia.

Festival Bharata Kulisusu menyuguhkan kekentalan kebudayaan dan kearifan lokal Butur. Sejumlah pagelaran adat hingga khitanan mewarnai acara yang didatangi beberapa wisatawan mancanegara tersebut.

(Baca juga: Sunat Kampung Tutup Festival Bharata Kulisusu 2019)

Festival Bharata Kulisusu. (Foto: Ist)

Khitanan diartikan masyarakat adat Butur sebagai siklus yang dialami anak-anak menuju usia dewasa atau Perere. Rangkaian adat pun digelar sampai Pe’uhu, Disoda dan diarakan keliling kota oleh keluarga mereka hingga berada di satu lokasi. Pe’uhu merupakan akhir dari rangkaian acara keseluruhan.

“Ini tahun kedua yang kita laksanakan, apresiasi masyarakat cukup tinggi karena kalau mereka lakukan sendiri-sendiri ini butuh waktu, tenaga, dan biaya lain-lain, dengan dilakukan secara kolektif masyarakat merasa terbantu,” terang Abu Hasan.

Bupati Butur sedikit bercerita terkait Bharata Kulisusu. Dahulu, daerah Buton adalah suatu wilayah kesultanan lalu daerah-daerah bagiannya, meliputi Tiworo, Kaledupa, Muna, dan Kulisusu dinamakan Bharata, dalam artian satu wilayah otonom yang memiliki kedaulatan sendiri, sentranya berada di Kesultanan Buton.

“Saya ingin terus dilestarikan, saya sangat konsen dengan budaya, semua budaya-budaya kita yang dulu menjadi karakteristik masyarakat, ini harus kita angkat dan kita hidupkan kembali, sehingga masyarakat Buton Utara merasa memiliki dan melestarikan,” tambahnya.

Wisatawan mancanegara bertandang ke Kabupaten Butur

Kedatangan para wisatawan mancanegara melalui Wonderful Sail to Indonesia dan Festival Bharata Kulisusu disambut meriah oleh Pemda yang dilokasikan di Desa Banua-banua Jaya, Kecamatan Kulisusu pada Senin (12 Agustus 2019).

(Baca juga: Wonderful Sail Di Buton Utara Disambut Positif, Wisatawan Ajak Warga Jaga Lingkungan)

Tamu Wonderful Sail to Indonesia di Butur. (Foto: Ardian Saban/SULTRAKINI.COM)

Para wisatawan ini disambut dengan tari-tarian dan atraksi pencak silat, misalnya Tarian Kompania atau tarian budaya leluhur yang dimainkan empat orang sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan kepada tamu, serta menunjukkan tamu tersebut telah resmi diterima.

Bupati Butur, Abu Hasan bersama jajarannya tidak ketinggalan di momen bahagia itu. Ia berterima kasih atas kunjungan wisatawan di wilayah pemerintahannya. “Banyak daerah wisata di Indonesia ini termasuk Buton Utara, dan terima kasih sudah mengunjungi daerah kami,” ucapnya.

Expose Empat Tahun Kepemimpinan Abu Hasan-Ramadio

Semua capaian Pemda Butur di bawah kepemimpinan Abu Hasan-Ramadio dirangkumkan dalam Expose Empat Tahun yang dihadiri ratusan tamu undangan, mulai dari jajaran Pemda Butur, kepolisian, TNI, DPRD, Forkopimda, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan tokoh pemuda pada 17 Februari 2020.

Di momen berkesan tersebut, Abu Hasan mengatakan, terdapat tiga isu sentral menjadi pekerjaan rumah untuk pembangunan Butur di ke depannya. Ketiga isu itu adalah ekonomi, sumber daya manusia, dan isu Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN).

Isu ekonomi dinilai bupati menjadi isu semua daerah di Indonesia yang terus ditangani hingga kini. Sementara isu SDM, Pemda Butur terus berupaya melakukan peningkatan kualitas yang unggul demi memajukan potensi-potensi daerah.

Sedangkan isu KKN dianggap bupati Butur menjadi bahaya paten yang mengancam kehidupan masyarakat, termasuk sektor ekonomi dan kehidupan sosial-budaya.

“Kita bertekad dan seluruh jajaran saya ingatkan untuk menghindari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Mudah-mudahan masa kepemimpinan saya-kita wujudkan daerah yang bersih dari korupsi kolusi dan nepotisme,” tambahnya.

Abu Hasan mengajak semua stakeholders dan masyarakat untuk bahu-membahu membangun SDM yang unggul dan memberantas KKN.

“Saya berharap kita bahumembahu untuk mengembangkan ekonomi daerah, membangun sumber daya manusia, dan memberantas korupsi, kolusi, dan nepotisme di Kabupaten Buton Utara,” ujarnya. (Adv)

Laporan: Ardian Saban
Editor: Sarini Ido

  • Bagikan