HKBN 2022: BPBD Sultra Simulasikan Penanganan Korban Gempa Bumi

  • Bagikan
Warga berhamburan keluar gedung saat simulasi penanganan bencana alam gempa bumi peringatan HKBN BPBD Sultra. (Foto: Hasrul Tamrin/SULTRAKINI.COM)
Warga berhamburan keluar gedung saat simulasi penanganan bencana alam gempa bumi peringatan HKBN BPBD Sultra. (Foto: Hasrul Tamrin/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Memperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara menggelar simulasi penanganan korban bencana gempa bumi di halaman kantornya di Andonuhu, Selasa (25 April 2022).

Pada simulasi ini, puluhan pegawai Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulawesi Tenggara bersama masyarakat berhamburan keluar gedung ketika mendengar bunyi sirine peringatan tanda gempa bumi dibunyikan.

Mereka berhamburan lari ke tengah lapangan dan menyelamatkan diri. Bahkan diantaranya mereka juga ada yang meninggal tertimpa reruntuhan bangunan. Dengan sigap, tim medis dibantu oleh pihak Basarnas, TNI-Polri melakukan evakuasi. Mulai dari korban yang tertinggal dalam gedung hingga diatas gedung ketinggian. Itulah bentuk simulasi yang dilakukan.

Simulasi gempa yang dilaksanakan pada kesempatan ini yakni ketika terjadi gempa dengan kekuatan 7,5 SR terjadi di wilayah Konawe Utara, Konawe, dan Kendari secara bersamaan.

Meskipun pada simulasi ini, gempa yang terjadi tidak berpotensi tsunami tapi menyebabkan banyak kerusakan gedung-gedung.

Peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional ini, diawali dengan upacara yang dipimpin langsung oleh Gubernur Sulawesi Tenggara, Ali Mazi, bersama seluruh stakeholder terkait di Sultra.

Sekertaris BPBD Provinsi Sultra, Andrian Nursalam, mengatakan simulasi tanggap bencana alam gempa bumi tersebut dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional (HKBN) yang akan diperingati setiap 26 April 2022, secara serentak se Indonesia.

“Simulasi yang dilaksanakan ini adalah rangkaian dari kegiatan penyusunan rencana kontigensi atau rencana peristiwa bencana. Penyusunan rencana kontigensi tersebut merupakan hasil dari identifikasi dan kajian terhadap suatu wilayah terkait potensi bencana yang kemungkinan terjadi,” ungkapnya.

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa simulasi ini juga sekaligus sebagai salah satu cara untuk menghitung atau mengukur kapasitas yang ada, termasuk kesiapsiagaan personil maupun peralatannya dalam penanganan ketika terjadi suatu gempa di wilayah Sultra ini.

“Melalui simulasi ini juga kita dapat melihat dan mengetahui bagaimana sinergitas atau kolaborasi dari berbagai stakeholder yang ada terkait penanggulangan bencana,” terangnya.

Hasil dari simulasi penanganan bencana ini juga menjadi acuan dalam pembuatan rencana kontinjensi yang akan diturunkan dalam sebuah bentuk dokumen yang dinamakan rencana operasional.

“Jadi ketika terjadi bencana, kita sudah punya dokumen atau perencanaan. Jadi kita sudah kalkulasi, karena mungkin saja ada bangunan yang runtuh, jadi saat itu sudah siap untuk diantisipasi oleh tim termasuk perawatannya, misalnya mau membelah beton itu, sudah ada alatnya,” bebernya.

Selain itu, simulasi dilakukan untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan terjadi oleh personel yang bertugas menanggulangi bencana.

Setelah rencana operasional, selanjutnya pihak BPBD sultra akan menurunkan perintah operasional terkait tanggap darurat bencana alam.

“Sehingga saat menghadapi bencana tidak gugup dan tidak sibuk dalam hal berkoordinasi. Serta kita akan mengetahui jika dalam situasi bencana kita harus seperti apa. Jadi betul-betul ini kita menyiapkan kesiap-siagaan dini,” pungkasnya.

Laporan: Hasrul Tamrin

  • Bagikan