Realisasi Panen Padi 2021 di Sultra Turun 3,09 Ribu Hektar

  • Bagikan
Ilustrasi (Sumber: Liputan6.com)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Berdasarkan hasil survei kerangka sampel area (KSA), terjadi pergeseran puncak panen padi pada 2021 dibandingkan 2020. Puncak panen padi pada 2021 terjadi pada Mei, sementara puncak panen pada 2020 terjadi pada Oktober.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Tenggara, Agnes Widiastuti, mengatakan realisasi panen padi sepanjang Januari hingga September 2021 sebesar 82,44 ribu hektar atau mengalami penurunan sekitar 3,09 ribu hektar (3,61 persen) dibandingkan 2020 yang sebesar 85,52 ribu hektar. 

Sementara, potensi panen sepanjang Oktober hingga Desember 2021 sebesar 46,83 ribu hektar, dengan demikian total potensi luas panen padi pada 2021 diperkirakan mencapai 129,27 ribu hektar, atau mengalami penurunan sekitar 4,43 ribu hektar (3,31 persen) dibandingkan 2020 yang sebesar 133,70 ribu hektar. 

Sedangkan, luas panen tertinggi pada 2021 terjadi pada Mei, yaitu sebesar 25,89 ribu hektar, dan luas panen terendah terjadi pada bulan Maret, yaitu sebesar 3,18 ribu hektar.

“Produksi padi di Sultra sepanjang Januari hingga September 2021 diperkirakan sekitar 343,60 ribu ton GKG, atau mengalami kenaikan sekitar 13,74 ribu ton GKG (4,16 persen) dibandingkan 2020 yang sebesar 329,86 ton GKG,” ungkap Agnes, Senin (1/11/2021).

Kemudian, potensi produksi sepanjang Oktober hingga Desember 2021 sebesar 196,70 ribu ton GKG. Maka total potensi produksi padi pada 2021 diperkirakan mencapai 540,29 ribu ton GKG, atau mengalami kenaikan sebanyak 7,52 ribu ton GKG (1,41 persen) dibandingkan 2020 yang sebesar 532,77 ribu ton GKG.

Produksi padi tertinggi 2021 terjadi bulan Mei yaitu sebesar 103,36 ribu ton GKG dan produksi terendah terjadi pada bulan Maret sebesar 14,56 ribu ton GKG. Berbeda dengan produksi pada 2021, produksi tertinggi pada 2020 terjadi pada bulan Oktober.

“Jika produksi padi dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, produksi padi sepanjang Januari hingga September 2021 setara dengan 196,30 ribu ton beras, atau mengalami kenaikan sebesar 7,85 ribu ton (4,16 persen) dibandingkan 2020 yang sebesar 188,46 ribu ton,” jelasnya.

Berdasarkan potensinya produksi beras sepanjang Oktober hingga Desember 2021 sebesar 112,38 ribu ton beras. Sehingga potensi produksi beras pada 2021 diperkirakan mencapai 308,68 ribu ton beras, atau mengalami kenaikan sebesar 4,30 ribu ton (1,41 persen) dibandingkan produksi beras 2020 yang sebesar 304,38 ribu ton.

“Produksi beras tertinggi pada 2021 terjadi pada bulan Mei, yaitu sebesar 59,05 ribu ton dan produksi beras terendah terjadi pada Maret sebesar 8,32 ribu ton, berbeda dengan produksi pada 2021, produksi beras tertinggi pada 2020 terjadi pada bulan Oktober,” tambahnya.

Adapun penjelasan secara teknis, produksi padi diperoleh dari hasil perkalian antara luas panen (bersih) dengan produktivitas. Kemudian, luas panen tanaman padi di lahan sawah harus dikoreksi dengan besaran konversi galengan. 

Sementara itu, untuk luas panen tanaman padi di lahan bukan sawah, luas galengan dianggap tidak ada (tidak dikoreksi dengan besaran konversi galengan). Produksi padi dan beras dihitung pada level kabupaten/kota.

Sejak 2018, BPS menggunakan metode KSA untuk penghitungan luas panen padi. Luas panen padi dihitung berdasarkan pengamatan yang objektif (objective measurement) menggunakan metodologi KSA yang dikembangkan oleh BPPT dan BPS. 

Metodologi KSA telah mendapat pengakuan dari LIPI, sampai saat ini metodologi KSA menggunakan 25.347 sampel segmen lahan berbentuk bujur sangkar berukuran 300m X 300m (9 hektar) dengan lokasi yang tetap.

Setiap bulan, masing-masing sampel segmen diamati secara visual di 9 titik dengan menggunakan Hp berbasis android sehingga dapat diamati kondisi pertanaman di sampel segmen tersebut (persiapan lahan, fase vegetatif, fase generatif, fase panen, lahan puso/rusak, lahan pertanian ditanami bukan padi, dan lahan bukan pertanian). 

Hasil amatan kemudian difoto dan dikirimkan ke server pusat untuk diolah. Pengamatan yang dilakukan setiap bulan memungkinkan perkiraan potensi produksi beras untuk 3 bulan ke depan dapat disediakan sehingga dapat digunakan sebagai basis perencanaan tata kelola beras yang lebih baik.

“Saat ini, total titik amatan survei KSA dalam satu bulan mencapai 228.123 titik amatan,” tutupnya. (C)

Laporan: Wa Rifin
Editor: Hasrul Tamrin

  • Bagikan