SULTRAKINI.COM: Kelompok tani hutan Meohai Desa Onewila dan beberapa kelompok tani lain dari desa sekitar di Kecamatan Ranomeeto, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara dilatih mengelola bee bread menjadi produk suplemen kesehatan, Kamis (16 September 2021).
Pelatihan dan sosialisasi dilaksanakan oleh Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Internal Universitas Halu Oleo (UHO) yang diketuai oleh Dr Zakiah Uslinawaty, dengan anggota tim Dr Rosmarlinasiah, Niken Pujirahayu, Ph.D, Nurhayati Hadjar, MP, dan Dr. Anas Nikoyan.
Kegiatan ini menghadirkan pula Penyuluh Kehutanan Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara.
Selama ini petani peternak lebah trigona belum mengetahui manfaat bee bread dan bagaimana pengolahannya. Petani menyebut bee bread sebagai roti lebah, selama ini tidak dimanfaatkan bahkan menjadi limbah bagi peternak lebah trigona.
Padahal bee bread sebagai produk dari lebah trigona memiliki manfaat kesehatan karena kandungan nutrisinya tinggi, seperti protein, vitamin, mineral, kaya kandungan bioaktif seperti flavonoid dan polifenol. Selain itu mudah dicerna oleh manusia.
Hasil dari kegiatan PKM internal ini masyarakat mengetahui manfaat bee bread dan mampu mengolah bee bread mejadi produk suplemen dalam bentuk bubuk dan cair dengan pengemasan dalam kapsul maupun dalam kemasan botol.
Dengan demikian pendapatan mereka meningkat dibandingkan sebelumnya.
Berdasarkan catatan SultraKini.com, selain di Konawe Selatan, madu trigona dikembangkan pula di Desa Amonggedo Kabupaten Konawe, Sultra, melalui teknologi agribisnis yang dikelola secara higienis dan tidak merusak habitat lebah.
Harga madu trigona dibanding madu hutan, jauh lebih mahal karena menghasilkan bee polen dan propolis, berkhasiat tiga kalilipat dibanding madu hutan.
Editor: M Djufri Rachim | Sumber: Press Release