Mendulang Devisa, Mengundang Bencana

  • Bagikan
Fitriani S.Pd (Revowriter).Foto:ist

Devisa memang bukan menjadi barang baru lagi di Indonesia. Negeri dengan segunung kekayaan alamnya ini telah lama menjadikan devisa melalui sektor pariwisata sebagai salah satu pendapatan negara. Sehingga, setiap tahunnya pemerintah selalu mengupayakan agar devisa selalu mendulang tinggi.

Kementrian Pariwisata (Kemenpar) menargetkan sektor pariwisata menjadi penyumbang devisa utama dalam dua tahun ke depan. Dengan kata lain, pemasukan melalui sektor ini akan mengalahkan pendapatan minyak kelapa sawit (CPO) serta minyak dan gas (migas). Hal ini mulai terlihat pada tahun 2016 dimana nilai pendapatan dari sektor pariwisata mampu duduki peringkat kedua penyumbang terbesar devisa negara dengan 13,56 miliar dolar AS.

Lombok : Penghasil Devisa Terbesar Negara

Lombok adalah nama pulau yang terdapat di Nusa Tenggara Barat dan berada di sebelah timur pulau Bali. Pulau ini menyimpan berbagai objek wisata yang tak kalah indahnya dengan pulau tetangganya, Bali. Ada gunung Rinjani, Pura Batu Bolong, Pantai Senggigi, Taman Darmana, Air Terjun, danau, Gili Trawangan, Pantai Kuta dan lain-lainnya. Hal inilah yang menjadikan Lombok menjadi buah bibir para pelancong dunia dalam beberapa tahun terakhir ini.

Lihat saja bagaimana tingkat kunjungan wisatawan ke NTB yang terus mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Catatan Dinas Pariwisata NTB, jumlah kunjungan pada 2008 hanya sebanyak 500 ribu. Namun, pada 2017 lalu, jumlah ini membengkak hingga 3,5 juta wisatawan. Bahkan tahun depan ditargetkan untuk tembus 4 juta wisatawan.( Republika.co.id,20/03/2018)

Tentu hal ini merupakan angin segar bagi negara, mengingat semakin banyak tourist yang berkunjung, maka akan semakin besar devisa yang masuk ke kantong negara.

Sayangnya, keindahan Lombok NTB kini telah tercederai dengan tragedi gempa yang sudah 1.005 kali terjadi sampai dengan hari ini. ( Kompas.com, 22/08/2018). Sebanyak 436 orang meninggal dunia, korban cedera mencapai 1.353  orang, dengan  783 diantaranya mengalami luka berat. Adapun Berdasarkan data dari Posko Tanggap Gempa Lombok pada Senin (13/8), jumlah pengungsi mencapai 352.793 orang. Sebaran pengungsi terdapat di Kabupaten Lombok Utara 137.182 orang, Lombok Barat 118.818 orang, Lombok Timur 78.368 orang, dan Kota Mataram 18.368 orang. (bbc.com,13/08/2018)

Dan tentu saja, guncangan gempa menyebabkan rumah-rumah warga dan bangunan-bangunan ambruk dan nyaris rata dengan tanah. Cafe, hotel, resto dan fasilitas-fasilitas yang menunjang sektor pariwisata selama ini telah berganti wajah menjadi porak poranda. Akibatnya, tragedi ini menyebabkan negara mengalami kerugian triliunan. Menteri Pariwisata Arif Yahya menyebut gempa Lombok menyebabkan Indonesia kehilangan Rp1,4 Triliun devisa negara dari sektor pariwisata. Kondisi ini berimbas pada penurunan kunjungan wisatawan asing yang mengurungkan niatnya untuk berkunjung ke Indonesia, khususnya destinasi wisata di Bali dan Lombok. (Suara.com, 08/08/2018)

Industri Wisata Kapitalis Mengundang Malapetaka

Devisa yang selalu ditingkatkan secara tidak langsung juga sebenarnya mengundang bencana. Apalagi mengingat industri pariwisata kapitalis yang kental dengan maksiat, miras, seks bebas, khalwat, umbar aurat yang telah menjadi pemandangan umum industri ini. Hal tersebut terjadi karena negara menjadikan materi diatas  segala-galanya. Tak peduli halal atau haram. Maksiat  atau tidak, semua tak menjadi soal selama keuntungan mengalir deras.

Belum lagi lemahnya kontrol negara dalam menetapkan aturan kepada para wisatawan yang berkunjung. Bahkan, negara menjadi fasilitator seperti menyediakan hotel, cafe, resto dan lain-lainnya, tanpa menghiraukan aturan dari langit, yang penting para wisatawan bisa betah dan berlama-lama.

Sehingga apa yang menimpa Lombok sebenarnya bukanlah sekedar bencana alam. Melainkan juga menjadi pertanda akan banyaknya maksiat yang merajalela. Hal tersebut bisa kita melihat fakta bagaimana ironinya sektor pariwisata disistem sekuler saat ini. Islam tidak dilibatkan dalam kehidupan termaksud ketika mengatur pariwisata. Sehingga menjadikan para wisatawan mancanegara bebas berekspresi tanpa batas.

Dalam hal ini kemaksiatan yang dimaksud bukan hanya terjadi pada Lombok, melainkan kemaksiatan secara umum yang terjadi di Nusantara. Lombok hanyalah tempat yang Allah pilih sebagai pengingat untuk kita semua. Karena ketika maksiat telah merajalela, maka telah halal adzab Allah diturunkan secara merata, menimpa siapa saja.

Dan peliharalah diri kalian dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kalian. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. (Al-Anfal : 25)

Allah Swt. memperingatkan hamba-hamba-Nya yang mukmin agar waspada terhadap  bencana yang terjadi. Sebab, Apabila ia datang menimpa, maka pengaruhnya meluas dan menimpa semua orang secara umum, tidak hanya orang-orang durhaka dan orang yang melakukan dosa saja, melainkan bencana dan siksaan itu mencakup ke semuanya; tidak ada yang dapat menolaknya, tidak ada pula yang dapat melenyapkannya, karena semua atas izin Allah.

Sumber Penghasilan Negara dalam Islam

Islam adalah agama yang memiliki aturan yang sempurna. Larangan-Nya akan membawa kebinasaan untuk yang melakukannya. Perintah-Nya akan membawa kemaslahatan bagi yang menjalankannya.

Islam tidak hanya mengatur urusan ibadah spiritual semata, melainkan mengatur seluruh lini kehidupan manusia, tanpa terkecuali, termaksud dalam menghasilkan pendapatan untuk negara.

Ketergantungan negara menjadikan pajak, devisa dan utang luar negeri sebagai sumber pendapatan negara mustahil akan terjadi jika Islam diterapkan secara kaffah (menyeluruh). Hal ini disebabkan negara tidak akan membiarkan asing Aseng bermental imperialis menjarah kekayaan negeri. Kekayaan Sumber Daya Alam akan di kelola sepenuhnya oleh negara, dan keuntungannya akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan primer dan sekunder umat.

Kita juga perlu mengetahui bahwa meskipun pariwisata bisa menjadi salah satu sumber devisa, tetapi ia tidak akan dijadikan sebagai sumber perekonomian negara khilafah. Hal ini dikarenakan khilafah mempunyai sumber perekonomian yang bersifat tetap, yaitu pertanian, perdagangan, industri dan jasa. Kemudian, selain itu negara mempunyai sumber pendapatan lain baik melalui pintu zakat, jizyah, kharaj, fa’i, ghanimah hingga dharibah.

Selanjutnya, kemungkaran seperti kemaksiatan yang merajalela juga tak akan mewarnai negeri ketika seluruh sendi-sendi kehidupan umat diatur oleh aturan Islam. Khalifah tidak akan membiarkan terbukanya pintu-pintu kemaksiatan, termaksud dalam sektor pariwisata.

Bahkan, jika pariwisata diadakan, maka ia hanya akan menjadi ladang dakwah. Sebab, negara Islam (Khilafah) adalah negara yang  bisa mengemban ideologi dan dakwah, baik kepada mereka yang memasuki wilayahnya maupun rakyat negara kafir diluar wilayahnya.

Dengan demikian, negara khilafah akan tetap bisa menjaga peradabannya, menyejahterakan rakyatnya, serta menjaga umatnya dari peringatan dan kehalalan adzab. Dengan diterapkannya Islam dalam seluruh aspek kehidupan, negara tidak akan lagi bergantung pada devisa yang mengundang bencana.  Wallahu A’lam Bissawab

 

Oleh : Fitriani S.Pd (Revowriter)

  • Bagikan