Tanah Desa Bangkali Amblas, Tujuh Rumah Retak

  • Bagikan
Proses penimbunan di titik amblasnya tanah di Desa Bangkali, Kecamatan Watopute, Kabupaten Muna, Sultra. (Foto: Arto Rasyid/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: MUNA – Amblasnya tanah di kawasan permukiman warga Desa Bangkali, Kecamatan Watopute menyebabkan keretakkan di tujuh bangunan rumah. Warga yang menjadi korbanpun memilih mengungsi ke tempat lebih aman.

Kondisi alam di Desa Bangkali itu, ditanggapi Bupati Muna, LM. Rusman Emba dengan mengeluarkan intruksi penimbunan di titik yang mengalami amblas oleh Dinas Pekerjaan Umum setempat.

“Fenomena ini dipicu faktor alam dengan curah hujan tinggi. Sesuai arahan Pak Bupati melalui kajian teknis ambruknya tanah, kita timbun menggunakan material batu gunung, batu kapur, tanah, dan air,” jelas Sekretaris Dinas PU Muna, Laode Anwar Agigi kepada SultraKini.Com, Selasa (27/3/2018).

Menurutnya, penimbunan menggunakan metode mengisi batu gunung dan batu kapur kemudian dilapisi tanah dan setiap beberapa meter dipadatkan air, efektif menanggulangi lubang sedalam sekitar 18 meter dengan lingkaran 5 meter persegi tidak terjadi lagi.

“Setelah tertimbun, kita upayakan tinggikan bidang tanah di lokasi pusat bencana agar air hujan tidak lagi mengarah ke sini dan tergenang. Tentu akan diuji oleh ahlinya, tapi kemarin sempat diukur pakai tali pemberat, diperkirakan kedalamnya 18 meter membentuk lereng mengarah ke bawah,” tambah Anwar.

Pihaknya membutuhkan sekitar 60 kubik batu dan tanah serta 10 tangki air mobil Damkar untuk menutupi pusat amblas tersebut. Sedangkan radius dari pusat lokasi sekitar 30 meter persegi yang berdampak jalan dan rumah warga ikut mengalami keretakan akibat pergeseran tanah.

“Desa ini boleh dikatakan rawan bencana tanah ambruk atau longsor, karena kedalaman 10 meter semua tanah tidak ada batu. Fenomena ini sudah terjadi beberapa kali dan baru kali ini parah. Secara kasat mata, idelanya rumah di sini tidak boleh permanen harusnya kontruksi kayu karena kondisi tanah mudah bergeser, apalagi dengan curah hujan tinggi,” jelasnya.

Ditambahkan Camat Watopute, Ali Fakara Hara, peristiwa amblas sudah beberapa kali terjadi diawali pada tahun 2017. Saat itu pemilik rumah La Ode Ruji, berinisiatif menimbun dengan menggunakan 6 kubik batu dan 4 kubik tanah untuk membangun fondasi rumah. Namun dengan peristiwa kali ini menimbulkan kerusakan yang parah.

“Warga yang terkena dampak ambruknya tanah sudah dievakuasi dan sementara waktu mengungsi. Ada tujuh rumah yang terkena dampak, tapi satu rumah belum dihuni. Sebenarnya BPBD dan Dinsos siapkan tenda di balai desa, tapi warga lebih pilih mengungsi di rumah keluarga,” tambah Ali Fakara.

Proses penimbunan di titik amblasnya tanah di Desa Bangkali, Kecamatan Watopute, Kabupaten Muna, Sultra. (Foto: Arto Rasyid/SULTRAKINI.COM)

Diakuinya yang menjadi keresahan warga justru pada radius amblasnya tanah, sebab pada kejadian pertama sekira pukul 15.30 Wita memang sudah menimbulkan keretakan kecil, namun setelah disusul kejadian kedua sekira pukul 03.40 Wita keretakannya kian membesar.

Dia berharap, setibanya Bupati Muna bisa ditindaklanjut dengan membentuk tim menentukan status dari bencana tersebut. Seperti rekomendasi yang dilakukan berdasarkan hasil kerja tim dari ahli geologi.

“Saya lihat kita tidak berdasarkan SOP dalam penanggulangan bencana, yang menjadi keresahan warga sekarang itu di keretakannya jangan sampai saat hujan deras ambruk lagi,” ungkapnya.

Salah seorang warga korban amblasnya tanah, Asni (29) mengatakan keluarganya memilih mengungsi karena takut akan terjadi peristiwa susulan dengan kondisi lebih parah.

“Pas berhenti hujan retaknya sedikit saja, tapi terjadi kedua kalinya sekitar dini hari, pas paginya saya menyadari kalau rumah saya bagian luar, dalam, dan dapur keretakannya makin besar,” ucapnya.

Selama proses penimbunan pusat ambruknya tanah yang menimbulkan lubang sedalam sekitar 18 meter dengan lingkaran 5 meter per segi, berlangsung selama dua hari dengan melibatkan personil Polres Muna, Satuan Polisi Pamong Praja, Damkar, serta warga setempat.

Garis polisi juga dipasang di sekitar lokasi amblasnya tanah.

Turut hadir dalam proses penimbunan amblasnya tanah Kepala Dinas Nakertrans Fajar Wunanto, Kepala Dinas Perumahan dan Pemukiman Hayadi, Asisten II Ali Basa, dan Kepala Satpol PP Sumitata.

 

Laporan: Arto Rasyid

  • Bagikan